Kamis, 25 April 24

Wah! Hanya 3 Kampus Terakreditasi A di Luar Jawa

Wah! Hanya 3 Kampus Terakreditasi A di Luar Jawa

Gorontalo, Obsessionnews Menristekdikti M. Nasir merasa prihatin, lantaran hanya tiga kampus di luar Pulau Jawa yang terakreditasi A. Kemenristekdikti akan mendorong semua kampus bisa unggul di kancah internasional dan regional.

“Khususnya di kawasan timur Indonesia, kami mendorong perguruan tinggi meningkatkan kualitasnya. Pasalnya, kurang dari lima perguruan tinggi negeri di luar Jawa yang terakreditasi A. Diantaranya, Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Hassanudin, dan Universitas Andalas,” ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada acara silaturahim dengan civitas akademika Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Kamis (31/3), seperti dilansir laman ristekdikti.go.id, Senin (4/4).

Baca juga:

Menristekdikti Puji Unes Sudah Mendunia

Menristekdikti Polisikan Kampus Jual Ijazah ‘Bodong’

Kemenristek Danai 15.000 Judul Riset

Mantan Rektor Undip, Semarang, Jawa Tengah itu, meski indeks daya saing bangsa di Indonesia kini masih di bawah Malaysia, Singapura dan Thailand, pihaknya terus berupaya mendorong perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Menristekdikti M. Nasir disambut oleh Rektor Universitas Negeri  Gorontalo, Syamsu Qamar Badu (Foto: Humas Kemenristekdikti)
Menristekdikti M. Nasir disambut oleh Rektor Universitas Negeri Gorontalo, Syamsu Qamar Badu (Foto: Humas Kemenristekdikti)

Menurut Nasir, kendala yang tengah dihadapi perguruan tinggi Indonesia terkait sumber daya manusia. Pertama, masih banyak dosen yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan.

“Kebanyakan dosen masih S1, harusnya minimal S2,” ungkapnya. Adapun jumlah dosen dengan kualifikasi S1 sebanyak 53.031 dosen, sedangkan yang berkualifikasi S2 sebanyak 134.522 dosen. Kedua, kebanyakan dosen belum memiliki jabatan akademik seperti Lektor, Lektor Kepala dan Guru Besar. “Kebanyakan hanya pengajar saja,” tambah Nasir.

Selanjutnya, Nasir mengungkapkan bahwa jumlah dosen S3 masih kurang sementara yang bergelar guru besar masih sedikit. Dari sekitar 26.199 dosen berkualifikasi S3, hanya 700-an diantaranya yang menjadi guru besar.

Nasir menambahkan kendala lain terkait jumlah publikasi penelitian serta Hak Kekayaan Intelektual (HKI) para dosen dan ilmuwan Indonesia yang masih rendah. “Hal ini yang harus kita kawal betul. Bagaimana jumlah publikasi internasional bisa meningkat,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UNG, Syamsu Qamar Badu mengatakan di tahun 2016 UNG memiliki program kerjasama dimana tiap fakultas di UNG akan mengirim dosen dan mahasiswanya untuk melakukan penelitian di perguruan tinggi di Jawa.

Mendukung penyataan Syamsu, Menristekdikti mengatakan dosen yang memiliki pengalaman publikasi internasional agar membagi pengalamannya ke dosen yang lain. Hal ini sebagai upaya agar pemerataan pendidikan tinggi tidak hanya berpusat di Jawa saja, namun di seluruh Indonesia.

“Pemerataan pendidikan tinggi harus dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia, khususnya di Gorontalo. Tidak hanya perguruan tinggi negeri saja, perguruan tinggi swasta pun juga harus dikembangkan, ” ujar Nasir.

Pengembangan perguruan tinggi juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah di pemerintah daerah, yakni dapat meningkatkan inovasi terhadap potensi yang dimiliki daerah. Misalnya di Gorontalo, belum memiliki program studi (prodi) kedokteran. Padahal untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia perlu diperhatikan aspek kesehatannya. Untuk itu, Menristekdikti mengatakan bahwa di setiap provinsi minimal harus memiliki satu prodi kedokteran.

“Syarat mutlaknya adalah akreditasi institusinya minimal B, dosennya tersedia, serta ada rumah sakit sebagai rujukan untuk praktek mahasiswa pendidikan dokter,” jelas Nasir. (rez)@reza_indrayana

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.