Jumat, 25 Oktober 24

Prabowo Penting Bangun Karakter Kebangsaan 

Prabowo Penting Bangun Karakter Kebangsaan 
* Prihandoyo Kuswanto. (Facebook)

Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila

 

Salah satu program Presiden terpilih Prabowo Subianto adalah makan sehat bergizi yang akan diberikan pada generasi Z program ini harus kita dukung jika memang kita mencintai masa depan bangsa Indonesia.

Pemberian makanan bergizi bagi anak anak tumbuh kembang juga harus dibarengi dengan membangun karakter kebangsaan.

Bagaimana membangun karakter kebangsaan itu?

Membangun bangsa (nation building) dari kemerosotan zaman reformasi dari bangsa yang budayanya korupsi untuk dijadikan satu bangsa yang berjiwa, yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan satu bangsa yang merdeka dalam abad ke 21 ini.

Sayang sejak amandemen diganti UUD 1945 dengan UUD 2002 bangsa ini justru tidak mampu menegakkan jati dirinya ketika neo liberalisme menjadi dasar menggantikan aliran pemikiran Pancasila. Apakah sejarah akan berulang lagi dan kita kembali di cengkeraman kolonialisme yang berubah wajah menjadi free fight liberalism? Neokolonialisme demokrasi liberal yang menguras kekayaan kita?

Justru hari ini terulang lagi, kita telah melupakan sejarah, bangsa ini akan tersandung batu yang sama. Free fight liberalism telah dihidupkan kembali, kedaulatan rakyat dirampas oleh partai politik, budaya korupsi semakin menggila, rumit dan bertemali, yang bermuara pada oligarki yang menjadikan kekuasaan untuk mengeruk dan merampok kekayaan ibu Pertiwi.

Kita mengalami demokrasi liberal “free fight liberalism di tahun 1950-an terulang lagi karakteristik sistem politik dan sistem ekonomi liberal yang sedang dijalankan di negeri ini sejak UUD 1945 diganti dengan UUD 2002.

Pengalaman itu terjadi tahun 1955 adu domba antar rakyat, sehingga akhirnya memecahbelahkan keutuhan bangsa sama sekali.

BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) justru tidak berfungsi dan tidak melakukan apa-apa ketika negara diganti dasarnya dari Pancasila menjadi Individualisme, Liberalisme, Kapitalisme dengan sistem Presidensiil yang basisnya individualisme kekuasaan dipertaruhkan banyak -banyakan suara kalah menang kuat-kuatan pertarungan post truth demokrasi. Bahkan politik yang tidak bermartabat politik NPWP (Nomor Piro Wani Piro). Kerusakan ini akibat pupusnya karakter kebangsaan kita.

Mengapa bangsa ini bisa menjadi runyam seperti ini? Tata kelolanya harus benar-benar dicermati. Yang jelas, kita telah mengkhianati perjanjian luhur bangsa, lalu menyerahkan ‘kompas’ kehidupan kepada asing dan oligarki.

Dimulai dengan amandemen UUD 1945. Dari sinilah proses kehancuran itu dimulai. Lalu intervensi zionis Amerika melalui National Democratic Institution (NDI) untuk mengacak-acak konstitusi UUD 1945.

Sebetulnya, jauh sebelum mengamandemen UUD 1945, zionis telah lama ingin menghancurkan Pancasila, setidaknya sejak pidato Bung Karno di PBB 30 September 1959 di Gedung PBB, New York, Amerika Serikat. Saat itu, terjadi peristiwa penting yang bukan saja dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh dunia. Pada hari itu Presiden pertama Indonesia Ir Sukarno berkesempatan menyampaikan gagasan di depan para pemimpin negara di PBB.

Pidato berjudul To Buid The World A New (Membangun Dunia Kembali) itu menguraikan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila tidak ikut liberalis, kapitalis, blok barat atau komunis blok Timur. Sikap (Indonesia) non blok, tidak ikut block barat liberal kapitalis atau block Timur Komunis, dianggap ancaman zionis dan komunis, maka Pancasila harus dihancurkan dan ditenggelamkan.

Prof  Dr Sofyan Efendi MPA (mantan Rektor UGM) mencatat 82,5% isi amendemen UUD 1945 mengandung muatan liberal. Ini membuat 61 UU yang merupakan produk hukum turunan konstitusi menjadi sangat liberal.

“Misalnya UU Investasi yang akhirnya dianulir oleh MK, karena UU itu memungkinkan investor asing menguasai sumber daya alam selama 195 tahun dengan kepemilikan modal maksimal bisa sampai 95%,” katanya.

Setelah Amerika sukses memporakporandakan konstitusi yang didukung oleh agen-agen liberal kapitalis di dalam negeri (Indonesia), maka sejak itu Indonesia semakin hari semakin terjebak dalam kubangan demokrasi liberal, nilai-nilai yang sudah menjadi konsensus berbangsa dan bernegara dihilangkan, maka semua kehidupan ini menjadi pertarungan.

Kita bisa merasakan hari ini begitu bebasnya orang bicara tanpa ada lagi rasa persaudaraan, caci maki, fitnah, saling serang adalah seperti hal biasa tidak peduli ucapan itu menyakitkan dan melanggar norma-norma agama dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bangsa ini sudah menjadi bangsa yang barbar. Lihatlah Rocky Gerung dengan bangga melontarkan makian bajingan tolol, dungu, dan merasa benar tentu saja ucapan itu merembes pada generasi Z untuk tidak lagi menggunakan sopan santun dalam kehidupan. Begitu juga dengan keserakahan korupsi yang sangat menyakitkan kekayaan ibu pertiwi digarong habis-habisan oleh oligarki.

Ada secercah harapan pada Prabowo sebagai presiden terpilih untuk mengembalikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.

Dari kajian Rumah Pancasila sejak 2005 sampai sekarang bangsa ini telah kehilangan karakter jati dirinya sebagai bangsa.

BPIP sebaiknya diubah dengan BPKK (Badan Pembinaan Karakter Kebangsaan) yang diisi oleh para pakar yang mengerti apa itu karakter kebangsaan, apa itu Pancasila, dan apa itu Bhinneka Tunggal Ika. Jadi tidak mengatakan, Pancasila musuh agama dan melarang hijab bagi petugas Paskibraka.

BPKK harus mampu membangun karakter generasi Z dengan materi Pancasila, UUD1845, sejarah kebangsaan, sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsa nya menghargai pahlawannya.

Wawasan kebangsaan dengan mengembalikan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri, lingkungan, dan wilayahnya. Wawasan Nusantara didasarkan pada Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.

Tujuan utama Wawasan Nusantara adalah untuk membangun kesadaran nasional dan rasa persatuan yang tinggi. Wawasan Nusantara juga bertujuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional.

Dengan memberi gizi yang baik dan terbangunnya karakter kebangsaan, maka bangsa ini akan mempunyai generasi emas yang bisa mengantarkan Indonesia menjadi bangsa negara yang besar dan maju menuju bangsa yang bermartabat. []

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.