Sabtu, 5 Oktober 24

Pemprov DKI Jakarta Luncurkan Program Penanggulangan DBD dengan Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia

Pemprov DKI Jakarta Luncurkan Program Penanggulangan DBD dengan Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia
* Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati, M.M menyerahkan ember berisi telur nyamuk aedes aegypti berwolbachia kepada Kader Jumantik di Kembangan Utara, Jakarta Barat, Jumat (4/10/2024). (Foto: ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)

Obsessionnews.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi meluncurkan program inovatif untuk menanggulangi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui penggunaan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia. Program ini diresmikan di Taman Agro Eduwisata GSG RW 07, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, pada Jumat (4/10/2024).

Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto menyatakan penanggulangan DBD dengan metode Wolbachia di Jakarta Barat telah berjalan sejak wilayah ini dipilih sebagai salah satu lokasi penerapan program tersebut.

“Kami harap program ini dapat mengurangi penyebaran DBD di Jakarta Barat dan memberikan dampak positif bagi kesehatan warga,” ujarnya.

Program Wolbachia sendiri menggunakan nyamuk yang telah disuntik dengan bakteri Wolbachia, yang terbukti dapat menghambat penyebaran virus dengue. Dengan adanya metode ini, Pemprov DKI Jakarta berharap angka kasus DBD dapat ditekan secara signifikan, khususnya di wilayah dengan kasus yang tinggi.

Langkah ini merupakan bentuk komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam menangani masalah kesehatan dan memberikan solusi jangka panjang bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi penyakit yang menular melalui nyamuk.

Untuk informasi lebih lanjut, Pemprov mengajak warga untuk aktif mendukung dan mengikuti sosialisasi terkait metode Wolbachia ini.

“Rangkaian kesiapan pelaksanaan kegiatan penanggulangan DBD dengan metode Wolbachia, di Jakarta Barat sudah dimulai sejak dinyatakannya wilayah ini sebagai salah satu lokasi implementasi program tersebut. Dan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1341 tentang penyelenggaraan proyek implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan DBD,” katanya.

Uus menjelaskan Jakarta Barat terpilih sebagai salah satu dari lima kota terpilih selain Semarang, Bandung, Kupang, dan Bontang dalam program Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut.

Untuk mendukung kelancaran program tersebut, Pemkot Jakbar juga telah melakukan pelatihan bagi para kader Juru Pemantau Jentik (Jumatik) agar mereka dapat membantu pemahaman warga terhadap program tersebut.

“Sosialisasi dan edukasi pun dilakukan secara masif di seluruh wilayah Jakarta Barat dengan berbagai metode, baik tatap muka langsung, media sosial, webinar, pemberian leaflet, serta melalui kanal informasi lainnya,” jelasnya.

Uus menambahkan, pihaknya juga melakukan pendataan Orang Tua Asuh (OTA) yang bersedia untuk dititipkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Hingga saat ini, jumlah OTA di wilayah Kembangan Utara mencapai sebanyak 1.185 orang. Mereka adalah anggota masyarakat yang telah memahami tugasnya untuk menjaga ember-ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia.

Lebih lanjut, Kecamatan Kembangan dipilih sebagai lokasi pertama pelepasan nyamuk ber-Wolbachia karena memiliki angka DBD tertinggi pada 2023 dengan tingkat insiden (incidence rate) 54,1 per 100.000 penduduk.

“Kecamatan Kembangan memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, warga masyarakatnya dikenal guyub dan suka bergotong royong, sehingga secara prinsip warga disini menerima dengan baik pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia,” tambah Uus.

Ia juga memaparkan, peningkatan kasus DBD di Jakarta Barat pada 2024 telah terjadi mulai Februari dan mencapai puncaknya pada April sebanyak 799 kasus.

Pada Maret sampai Juni 2024, jumlah kasus berada di atas nilai maksimal lima tahun terakhir. Selanjutnya, kasus mulai menurun pada Juli dan pada September tercatat sebanyak 73 kasus.

Dalam kesempatan yang sama, Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono menargetkan 60 persen telur nyamuk berwolbachia dapat menetas untuk bisa mengurangi jumlah nyamuk Aedes aegpty yang menyebarkan DBD.

“Untuk Wolbachia ini ada targetnya, paling tidak targetnya minimal 60 persen telur itu jadi (menetas). Sehingga diharapkan itu nanti memberikan dampak upaya penurunan kasus DBD di Jakarta Barat,” kata Yudhi.

Pada umumnya, nyamuk dapat terbang sejauh 100 meter. Namun apabila tertiup angin, maka jarak terbang nyamuk dapat lebih jauh. Dengan demikian diharapkan, penyebaran nyamuk ber-wolbachia akan semakin meluas.

Sementara untuk penurunan DBD di Jakarta Barat, Yudhi juga berharap angka kasusnya bisa menurun menjadi 10 per 100.000 penduduk. Kemenkes memastikan metode nyamuk ber-Wolbachia akan terus dievaluasi dan akan berlanjut penyebarannya di kota-kota. (Antara/Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.