Kamis, 19 September 24

Majunya Sohibul Iman Bukan Taktik Zig-zag PKS

Majunya Sohibul Iman Bukan Taktik Zig-zag PKS
* Wakil Ketua Majelis Syuro Sohibul Iman (Antara)

Obsessionnews.com – Langkah PKS yang secara mengejutkan mengusung Sohibul Iman sebagai kandidat cagub pada Pilgub Jakarta dianggap bukan taktik zig-zag. Upaya tersebut wajar karena PKS memiliki banyak kursi di DPRD DKI sekalipun perlu berkoalisi.

Pengamat politik Lili Romli tidak melihat langkah PKS sebagai upaya menaikkan posisi tawar (bargaining position), setelah sebelumnya mengaku ditawari kursi cawagub oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM). PKS mencoba realistis mengusung kader sebagai cagub atau cawagub di Jakarta.

Baca juga: Soal Kursi Cawagub Jakarta, KIM Bantah Klaim PKS

“Sebagai partai pemenang pileg di Jakarta, wajar kalau PKS ingin mengajukan kadernya sebagai cagub. Saya kira langkah yang baik, berani mengusung kadernya seperti pada pilgub-pilgub sebelumnya. PKS bisa mengajak partai lain bersama-sama mencalonkan kadernya karena tidak cukup jika jalan sendirian,” kata Lili, kepada Obsessionnews.com, di Jakarta, Senin (24/6).

Juru Bicara PKS Ahmad Mabruri pada Minggu (23/6) menyebut keputusan partai mengusung kader karena menyandang status pemenang pileg di Jakarta. Sohibul juga dianggap kader terbaik karena memiliki rekam jejak panjang.

Sohibul yang kini menjabat Wakil Ketua Majelis Syuro sebelumnya pernah menjabat Presiden PKS. Di bawah kepemimpinannya selama 2015-2020, PKS mengalami peningkatan suara dan kursi secara signifikan dari 8,46 juta suara (6,77 persen) pada 2014 menjadi 11,49 juta suara (8,21 persen) tahun 2019. Kursi PKS meningkat dari 40 kursi menjadi 50 kursi pada 2019.

Baca juga: Ingin Bahagiakan Kembali Warga Jakarta, Anies Buka Komunikasi dengan Prabowo

Selain itu, Sohibul juga memiliki pengalaman panjang di legislatif. Sohibul tiga periode berturut-turut yakni 2009-2014, periode 2014-2019, dan periode 2024-2029. Bahkan pernah menjabat Wakil Ketua DPR.

Secara kapasitas, menurut Romli, boleh jadi Sohibul mumpuni. Namun untuk urusan popularitas, PKS perlu kerja ekstra memastikan kadernya tidak kalah saing dengan kandidat yang diusung partai lain.

“Dalam pilkada langsung tidak cukup hanya berbekal kapasitas dan integritas, tetapi yang utama elektabilitas. Bahkan kadang kapasitas dan integritas diabaikan, yang penting memiliki elektabilitas tinggi,” ungkap Romli.

Baca juga: Kerja Sama dengan PDIP, PKS: Kenapa Tidak?

Secara empiris, Romli mengingatkan, PKS kerap kandas mengusung kader sendiri. “Di PKS, kader yang diusung sebenarnya kapasitas dan integritas tidak ada yang meragukan, tetapi problem elektabilitas. Dalam pilgub sebelumnya, PKS pernah mengusung Adang Daradjatun dan Hidayat Nur Wahid, tetapi kalah karena elektabilitas tidak cukup keluar sebagai pemenang,” tuturnya.

Menurut Romli, Pilgub Jakarta, memiliki keunikan sendiri dan masih bergengsi bagi partai-partai. Maka kandidat yang maju selain populer juga memiliki elektabilitas tinggi. PKS kalau serius ingin mengusung kader sendiri, tentu harus punya strategi khusus tak sekadar modal jumlah kursi.

“Sekarang kan yang elektabilitasnya yang tinggi Anies, lalu Ahok dan Ridwan Kamil. Jadi kalau tetap mencalonkan Sohibul Iman, harus ekstra kerja keras agar populer, dikenal, disukai lalu memiliki elektabilitas yang tinggi,” ujarnya. (Erwin)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.