Jumat, 26 April 24

Kang Yoto Bicara Tentang Inovasi Pelayanan Publik

Kang Yoto Bicara Tentang Inovasi Pelayanan Publik
* Kang Yoto saat bicara tentang inovasi pelayanan publik di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Jakarta, Obsessionnews – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro kembali mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat nasional. Kompetisi ini diikuti seluruh kabupaten dan kota seluruh Indonesia.

Kali ini, Bupati Bojonegoro Suyoto berkesempatan langsung mempresentasikan kinerja dan pengalaman pemerintahannya di depan juri dan peserta Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Pada acara yang digagas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) itu, Kang Yoto antara lain memaparkan kinerja Pemkab Bojonegoro dalam hal pengelolaan sampah.

“Sejak awal kami menyatakan bersahabat dengan sampah. Bahkan kami anggap sampah itu membawa berkah,” ujar Kang Yoto.

Seperti di daerah lainnya, lanjut Kang Yoto, awalnya Pemkab Bojonegoro menganggap sampah sebagai musuh bersama. Karena dalam pengelolaan sampah tidak hanya dibutuhkan biaya besar, tapi juga dibutuhkan lahan luas. Bahkan sampah juga disebut sebagai sumber penyakit dan menjadi salah satu pemicu konflik sosial.

“Tapi itu dulu, sebelum 2013. Setelah itu, kami memiliki inovasi. Sampah dikelola dengan sanitary landfill yang melibatkan teknologi canggih. Hasilnya, sampah bisa menghasilkan gas methane yang bisa digunakan rakyat untuk berbagai hal dan limbah plastik bisa mengahsilkan solar,” katanya.

Bahkan sejatinya, tekad untuk mengelola sampah dengan baik sudah dicanangkan sejak ia menjabat bupati pada 2008. Sebagai bukti kesungguhannya, pada 2011, Kang Yoto melantik para pejabat Pemkab Bojonegoro di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjarsari. Hal itu dilakukan dengan maksud agar para pejabat terbuka mata hatinya terhadap persoalan yang terjadi di sekitarnya.

Lebih lanjut Kang Yoto mengatakan, dengan penggunaan teknologi itu dapat dilakukan berbagai inovasi dalam mengelola sampah. Diantaranya adalah pemberdayaan bank sampah dengan melibatkan para pemulung.

Sampah juga bisa menjadi inspirasi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat Bojonegoro. Caranya, masyarakat diajarkan membuat kompos dari sampah.

Dari inovasi semacam itu, kini Bojonegoro tak lagi bermasalah dengan sampah. Bahkan saat ini Bojonegoro menjadi salah satu tempat studi banding bagi daerah-daerah lain dalam hal pengelolaan sampah. Dan beberapa diantaranya mengadopsi cara inovatif yang dilakukan Pemkab Bojonegoro itu.

“Dari sampah kita bisa banyak belajar. Ternyata, mengelola sampah bukan hanya urusan teknologi, tetapi juga soal cara mengelola, dengan siapa, serta bagaimana mengajarkan kepada publik dan generasi muda,” katanya. (Fath)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.