Kamis, 25 April 24

Bagaimana Bertahan di Era VUCA?

Oleh: Ary Ginanjar Agustian, Motivator dan Pendiri ESQ Leadership Center

 

Sudahkah siap dengan era VUCA yg makin sengit? V : volatilitas, U : Uncertainty, C : complexity, A : Ambiguitas. Keempatnya menjadi kepusingan baru yang memenuhi kepala para pengambil keputusan strategis di perusahaan.

Sebelumnya kita simak dulu bagaimana VUCA telah merobohkan banyak perusahaan raksasa. Nokia dulu menyebut Android sebagai semut kecil merah yang mudah digencet dan mati. Arogansi dan rasa percaya diri yang berlebihan membuat Nokia terjebak dalam inovator dilema. Sejarah mencatat, yang kemudian mati justru Nokia – tergeletak kaku dalam kesunyian yang perih.

Kodak menyebut kamera digital hanyalah tren sesaat, dan kamera produksi mereka akan terus bertahan. Kodak terjebak halusinasi dan inovator dilema yang akut. Akibatnya, ruangan ICU yg pengap menanti raga mereka yang merintih kesakitan.

Micorosoft & Intel (dominasi yg dulu dikenal dengan duo Wintel) terlalu menikmati kekuasannya dalam dunia PC dan Laptop, dan pelan-pelan terjebak inovator dilema. Mereka terbuai dengan kekuasaannya, dan lengah betapa dramatis kecepatan kemajuan era mobile computing.

Kini era PC/Laptop sdh hampir berakhir, diganti era mobile smartphone. Dan hegemoni Microsoft serta Intel kian menjadi tidak relevan dalam era smartphone. Intel dan Microsoft lalu hanya duduk saling bertatapan mata, diam dan termangu. Dalam rasa penyesalan yang pedih dan pahit. Namun dalam bisnis, penyesalan tidak pernah mendapat tempat terhormat.

Pizza Hut terus menerus mengenalkan menu baru setiap enam bulan.

Sabun Lifebouy berkali-kali melakukan rejuvenasi.

Facebook dan Bukalapak juga selalu melakukan evolusi.

Nokia colaps dihantam iPhone di tahun 2007, padahal produsen iPhone bukan perusahaan telco, namun dari industri komputer.

Koran dan majalah akan mati bukan karena sesama rivalnya, namun karena Facebook dan media sosial). Remaja dan anak muda tak lagi kenal koran/majalah kertas. Mereka lebih asyik main Path, IG atau FB. Pelan tapi pasti industri koran dan majalah akan mati.

Dunia televisi seperti kelak akan kolaps bukan karena persaingan sesama pemain di industri yang sama, tapi dari makhluk alien bernama Youtube.

Di Amerika, jumlah pemirsa televisi di kalangan anak muda dan remaja menurun drastis. Dan semua lari ke Youtube. Ini juga kelak akan terjadi di tanah air.

Industri taksi seperti Blue Bird goyah bukan karena pesaing sesama taksi, namun dari layanan taksi independen berbasis aplikasi.

Di banyak negara, banyak perusahaan taksi konvensional mati digilas Uber dan layanan taksi berbasis aplikasi lainnya.

Dan kini produsen Toyota, BMW dan Mercedes Benz takut bukan karena persaingan sesama mereka. Namun karena kehadiran TESLA, yang entah dari mana tiba-tiba melakukan inovasi radikal dengan produk mobil berbasis elektrik, dengan teknologi mobil tanpa sopir atau otonom (autopilot hardware).

Minggu lalu, mobil seri Tesla 3 terjual hingga 300 ribu unit hanya dalam dua hari, padahal unitnya baru dirilis 2018. Jadi indentnya dua tahun.

Manusia yang dapat segera beradaptasi dengan perubahan keadaan lingkungannya maka dia akan survive. Jika tidak dapat beradaptasi dengan perubahan, maka mereka akan tersingkir dan punah dari lingkungannya.

Intinya, jangan terlena dengan “zona nyaman”. Tetaplah memiliki mental yang tangguh (super agility). Jadilah cerdas bebas tanpa batas. Keluarkan segenap potensi tersembunyi Anda, dan berinovasilah dengan mimpi Anda. Percayalah it works!

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.