Sabtu, 20 April 24

Aliya Nurlela Rilis Buku Cerpen ‘Sepucuk Surat Beku di Jendela’

Aliya Nurlela Rilis Buku Cerpen ‘Sepucuk Surat Beku di Jendela’
* Peluncuran buku kumpulan cerpen Sepucuk Surat Beku di Jendela.

Kediri, Obsessionnews – Tahun 2015 pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, Aliya Nurlela, kembali merilis buku terbarunya berupa buku kumpulan cerpen berjudul Sepucuk Surat Beku di Jendela.

Sebelumnya tahun lalu perempuan asal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, itu menerbitkan buku cerpen Flamboyan Senja dan novel Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh yang berlatar Kota Galuh (Ciamis). Buku cerpen Flamboyan Senja masuk ke dalam buku ajar Bahasa Indonesia tingkat SLTP kelas VIII yang diterbitkan salah satu penerbit nasional.

Aliya Nurlela
Aliya Nurlela

“Ada 17 cerpen beragam tema di buku ini, di antaranya tentang kematian, karma, hukum adat, penipuan, konflik rumah tangga, persaingan bisnis, kehilangan, pengkhianatan, juga persoalan cinta,” ujar Aliya Nurlela di Kediri, Jawa Timur, baru-baru ini.

Dia mengungkapkan, cerpen-cerpen di buku itu ditulisnya sepanjang kurun waktu 2013-2014 dan sebagiannya telah dipublikasikan di sejumlah media massa lokal dan nasional. Melalui buku cerpen ini dia berharap pembacanya semakin luas dan beragam.

Terkait judul Sepucuk Surat Beku di Jendela, kata Aliya, dilatarbelakangi atas kecintaannya pada bahasa surat yang sekarang jarang dipakai lagi. Tak heran pula bahasa surat ikut mewarnai sebagian cerpen di buku ini, meskipun disampaikan penulis secara singkat dan dibumbui bahasa puitis.

“Bahasa surat itu indah. Langsung menyentuh ke hati pembaca. Saya mencoba bernostalgia dengan bahasa surat, untuk mengingatkan generasi sebelumnya bahwa bersurat-suratan itu pernah menjadi hobi yang asyik dan menyenangkan,” tuturnya.

Di buku Sepucuk Surat Beku di Jendela, selain surat-surat untuk sahabat, ide cerpen yang ia kembangkan salah satunya terinspirasi dari kisah nyata dirinya ketika terkena penyakit bell’s palsy. Akibat sakit itu, ia pernah sedih dan terpuruk bahkan kehilangan rasa percaya diri yang membuatnya mengurung diri beberapa lama.

“Mungkin ini hikmahnya, bahwa dari peristiwa itu melahirkan ide buat saya menulis cerpen berjudul Bell’s Palsy di buku ini,” ujarnya.

Kecintaannya pada fiksi sudah berkembang sejak kecil. Dongeng dan cerpen anak adalah tulisan yang digemarinya di masa kanak-kanak. Namun, ia mulai mempublikasikan karyanya di media massa menjelang usia 14 tahun, dan diterbitkan dalam bentuk buku setelah aktif berkegiatan di Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia sejak tahun 2012.

Cerpen-cerpen yang ditulisnya bukan sekadar permainan kata dan estetika, tetapi lebih dari itu. Dia berupaya memberikan pesan-pesan bermakna, bukan semata imajinasi, khayalan atau kekosongan belaka.

“Ada prinsip yang saya pegang ketika menulis, yaitu bagaimana karya-karya saya itu memiliki pesan-pesan yang mengandung hikmah agar dapat diambil pembaca setelah membaca buku ini,” ujarnya.

Sejumlah karya Aliya Nurlela lainnya yang telah terbit, sebagiannya buku bersama, di antaranya Sedekah Kunci Pembuka Pintu Rezeki (2010), 100% Insya Allah Sembuh (2011), Aku Bahagia Jadi Muslimah (2014), Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 1 (2014), Fesbuk (2012), Jembatan Merah (2013), Semangkuk Kata Cinta (2013), dan Love My Heart (2013). (ARH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.