Jumat, 25 Oktober 24

Akibat Sampah Plastik, Puluhan Paus Pilot Terdampar di NTT

Akibat Sampah Plastik, Puluhan Paus Pilot Terdampar di NTT
* Puluhan paus pilot terdampar di pesisir Pureman, Alor, NTT. (Ilustrasi/NTT)

Obsessionnews.com – Sinyal darurat alam kembali muncul. Belum lama ini, puluhan paus pemandu sirip pendek (short-finned pilot whale) terdampar di pesisir Pureman, Alor, NTT. Ahli Cetacea dari James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika menyimpulkan, fenomena paus terdampar menandakan menurunnya kualitas air akibat sampah plastik.

Menurutnya, paus merupakan mamalia laut yang sensitif terhadap perubahan lingkungan, seperti penggunaan sonar di bawah laut, pencemaran air, kontaminasi sampah laut, hingga badai matahari yang bisa menyebabkan gangguan elektromagnetik pada kutub-kutub bumi, di mana paus juga menggunakan sonar untuk sistem navigasinya.

Baca juga: Ratusan Paus Terdampar di Australia, yang Hidup Disuntik Mati

“Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus, sedangkan semakin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut,” kata Liza yang akrab disapa Icha, dalam sebuah acara daring, Rabu (25/9).

Icha memaparkan berbagai kasus terdamparnya paus di duni beberapa di antaranya disebabkan oleh sampah lautan, yang umumnya berbentuk plastik keras. Ketika tertelan merusak organ dalam paus, yang menyebabkan tidak bisa makan,dan bisa membuat kelaparan kemudian mati terdampar.

“Bayangkan, ada paus berukuran 10 meter yang mati, dan ditemukan di dalamnya sebanyak 8 kilogram plastik,” ungkapnya.

Baca juga: Sampah Plastik Picu Aksi Kolektif untuk Laut

Fenomena tersebut, lanjutnya, perlu mendapatkan perhatian serius, karena paus merupakan spesies yang dilindungi. Dia mendorong adanya koordinasi antarpemangku kepentingan terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dalam penanganan kasus paus terdampar, termasuk di antaranya dalam upaya pencegahan.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengganggu/menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini dalam kondisi lemah dan perlu penanganan yang tepat.

Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Achmad Sahri mendorong kepada seluruh pemangku kepentingan memahami pola sebaran spasial dan temporal dari kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia, untuk mendukung penyelamatan biota tersebut.

Sahri bersama tim peneliti telah melakukan riset terkait ekologi paus dan kejadian terdampar, guna memahami lebih jauh tentang tingkah laku biota ini dan mencegah terulangnya kejadian serupa.

“Selama periode 1995-2021, setidaknya 26 spesies paus dan lumba-lumba yang terdampar di perairan Indonesia. Satu dari enam spesies yang paling sering terdampar adalah paus pemandu sirip pendek yang juga terdampar di perairan Alor NTT beberapa pekan lalu,” paparnya.

Sahri menilai informasi tersebut sangat penting bagi penanganan kejadian terdampar, terutama berguna untuk pengalokasian personil atau kemungkinan mendatangkan alat berat.

Dia juga mengimbau agar masyarakat di sekitar pesisir melaporkan kejadian serupa kepada pihak berwenang dan tidak melakukan tindakan yang bisa membahayakan paus. (Antara/Erwin)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.