Sabtu, 20 April 24

70,8 Persen Warga Jakarta Puas Terhadap Kinerja Ahok

70,8 Persen Warga Jakarta Puas  Terhadap Kinerja Ahok
* Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. (Foto-foto: Edwin Budiarso/obsessionnews.com)

Jakarta, Obsessionnews – Kerja keras Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membuahkan hasil yang menggembirakan. Mayoritas atau sebanyak 70,8% warga DKI Jakarta merasa puas terhadap kinerjanya. (Baca: DKI Terapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu)

3

Demikian hasil telepolling Manajemen Kota Jakarta yang dilakukan Litbang Beritasatu Media Holding. Wawancara dilakukan melalui telepon dari tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2015 di seluruh wilayah DKI Jakarta. Responden dipilih secara acak sistematis berdasarkan buku telepon residensial yang diterbitkan PT Telkom. Jumlah sampel sebanyak 422 orang mewakili masyarakat pengguna telepon di DKI Jakarta. Margin of error lebih kurang 4,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Baca: Maju Terus Ahok, Rakyat Mendukungmu)

Hasil telepolling ini, kata Tim Litbang Beritasatu, Didik J Rachbini, cukup mengejutkan. Karena melihat sosok Ahok yang gampang emosi dan mengeluarkan pernyataan cukup kasar. (Baca: Ahok Marah, Pengelolaan Terminal ‘Konyol’)

“Ternyata hal itu tidak menjadi penghalang bagi warga Jakarta menilai kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI di bawah kepemimpinan Basuki dari sisi keberhasilan membangun Kota Jakarta daripada hanya melihat sikap dan tindak tanduknya yang cenderung galak,” kata Didi dalam paparan Hasil Laporan Telepolling Litbang Beritasatu Media Holding di Gedung Beritasatu Plaza, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (16/6/2015). (Baca: Ahok Sanksi PNS yang Bolos Saat Harpitnas)

1

Tingkat kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kinerja Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Ahoki, hampir sama dirasakan oleh warga Jakarta baik itu lelaki (35,5 persen) dan perempuan (35,3 persen) menyatakan puas dan sangat puas. Sehingga total warga Jakarta yang merasakan puas dan sangat puas terhadap kinerja Pemprov DKI sebanyak 70,8 persen.

Kemudian bila dilihat tingkat kepuasan masyarakat berdasarkan kelompok usia, terlihat dalam hasil telepolling Litbang Beritasatu, yang menyatakan puas sebanyak 62,4 persen dan sangat puas 8,6 persen.

Dari hasil itu yang paling banyak menyatakan puas dan sangat puas adalah masyarakat dalam kelompok usia 50-65 tahun sebanyak 21,9 persen, disusul usia 17-29 tahun sebanyak 17,4 persen dan usia 30-39 tahun sebanyak 13,3 persen. Sedangkan usia 40-49 tahun sebanyak 11,2 persen dan usia 65 tahun keatas ada sebanyak 7,1 persen.

“Mungkin karena penduduk usia 50-65 tahun ke atas melihat Basuki lebih baik dibandingkan pemimpin yang sebelumnya,” ujarnya.

Yang menariknya lagi, bila dilihat tingkat kepuasan masyarakat Jakarta berdasarkan tingkat pendidikan, hasil telepolling memperlihatkan semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi tingkat kepuasannya terhadap kinerja Basuki.

Terbukti dari, tingkat pendidikan sarjana dan di atasnya, yang menyatakan puas dan sangat puas ada sebanyak 33,9 persen. Disusul diperingkat kedua, tingkat pendidikan SMA sederajat sebanyak 25,6 persen. Sementara tingkat pendidikan SMP hanya 4,7 persen dan SD hanya 5,3 persen saja.

Begitu juga bila dilihat berdasarkan tingkat ekonomi, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Ahok dirasakan warga dengan tingkat ekonomi menengah atas (pengeluaran keluarga lebih dari Rp 2 juta). Yakni sebanyak 58,1 persen merasakan puas dan sangat puas.

Tahan Banting

 

Tahan banting, itilah ini pas untuk menggambarkan sepak terjang Ahok. Sejak menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, Ahok tak pernah sepi dari sasaran unjuk rasa berbagai elemen masyarakat yang merasa tak puas atas kebijakannya. Mereka juga menuntut Ahok mundur dari jabatannya.

Sejumlah ormas yang sering berunjuk rasa menyerang Ahok dengan melontarkan isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA). Mereka menilai Ahok yang orang China dan nonmuslim tak layak memimpin Jakarta.

Para demonstran lupa, bahwa Ahok adalah pilihan mayoritas warga DKI Jakarta. Pada pilkada yang langsung dipilih oleh rakyat tahun 2012 duet Joko Widodo (Jokowi) dan Ahok berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Ketika itu Jokowi-Ahok diusung oleh PDI-P dan Gerindra. Jokowi adalah kader PDI-P, sedangkan Ahok kader Gerindra.

Ketika Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, Ahok kemudian secara otomatis naik kelas menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dan Ahok adalah gubernur kedua yang dilantik di Istana Negara. Ia dilantik Presiden Jokowi pada Rabu, 19 November 2014. Sedangkan gubernur pertama yang dilantik di Istana Negara adalah Ali Sadikin. Ali Sadikin dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Soekarno pada Kamis Kamis, 28 April 1966.

Ahok seorang pemberani. Ketika ia melihat hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya, ia langsung bereaksi. Salah satu contohnya, ketika Gerindra yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) mendukung pilkada tak langsung, Ahok langsung protes dan keluar dari partai besutan Prabowo Subianto tersebut tahun 2014.

Saat ini Ahok tak menjadi kader partai manapun. Meskipun demikian ia pede menjalankan roda pemerintahan. Tanpa kenal takut ia membongkar kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta. Ia ingin menciptakan pemerintahan yang bebas dari KKN.

Manuvernya itu tentu saja membuat pihak-pihak tertentu tak senang. Bahkan sejumlah anggota DPRD DKI berencana memakzulkan atau melengserkan dirinya. Namun, Ahok tak peduli. Ia berkeyakinan upayanya memberantas KKN didukung rakyat.

 

Gebrakan Ahok mendapat dukungan dari para pengguna internet atau netizen yang antara lain tergabung dalam grup facebook, yakni grup DAG (Dukung Ahok Gubernur DKI). Menurut mendukung Ahok yang berani memberantas pejabat yang melakukan korupsi.  (ARH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.