Jakarta, Obsessionnews – Emansipasi perempuan tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya Raden Ajeng Kartini. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 ini mengingatkan kita pada perjuangan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti yang melawan pencuri ikan di Tanah Air.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tanggal 26 Oktober 2014. Setelah menjadi menteri, namanya harum seiring prestasi dalam menjalani kariernya, terutama memberantas para pencuri ikan dengan cara menenggelamkan kapal.
Apresiasi ditunjukkan netizen melalui hashtag twitter #KartiniTerkiniSusiPudjiastuti, Kamis (21/4/2016) sempat hanya beberapa jam saja populer, namun ratusan postingan mewarnai hashtag tersebut.
“Semoha kedepan semakin banyak muncul generasi baru seperti Susi #KartiniTerkiniSusiPudjiastuti,” kicau akun @partoba_bangun.
“Maju terus Bu Susipudjiastuti #KartiniTerkiniSusiPudjiastuti,”tulis akun @anya_larasati
Tak lama menjabat sebagai Menteri KKP, kiat usaha dalam kariernya tersebut menghasilkan segudang prestasi. Seperti catatan BPS sebelum dirinya menjabat tahun 2013 nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 2,86 miliar, kemudian setelah menjabat di tahun 2014 di Bulan Oktober nilai ekspor langsung naik mencapai USD 3,1 miliar. Bahkan pada kuartal I 2015 nilai ekspor perikanan sudah menembus USD 906,77 juta.
“Ini peningkatan yang sangat signifikan, baru kuartal I tapi sudah mau mencapai US$ 1 miliar,” kata Suryamin dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, beberapa waktu lalu (18/5/2015).
Sementara itu, menteri Susi juga membuat peraturan KKP No. 56/2014 tentang moratorium kapal asing dan eks asing, Permen KKP No. 57/2014 tentang larangan transhipment (alih muatan), Permen KKP No. 01/2015 tentang pelarangan penangkapan lobster, kepiting dan rajungan hingga Permen KKP No. 02/2015 tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets).
Tantangan demi tantangan terus dihadapinya, tidak hanya sekali, keputusan dan tindakannya membuat kontraversi para nelayan yang meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencabut dari jabatannya. Selain itu juga terkait dengan reklamsi Teluk Jakarta yang pada akhirnya Susi mampu mengambil keputusan untuk menghentikan prosesnya.
“Proses reklamasi dihentikan sementara sampai memenuhi ketentuan yang diamanatkan dalam undang-undang,” ujar Susi, Jumat (15/4/2016).
Namun tidak sampai disitu, tidak sedikit tugas yang harus diselesaikannya. Khususnya Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang masih terus mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang reklamasi pantai Jakarta, yang belakangan sudah diperbarui lewat Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional. Dua regulasi itu memberikan kewenangan kepada gubernur untuk segera melakukan reklamasi.
Meskipun tantangan terus menyelimuti kariernya demi kelautan dan perikanan Indonesia, Susi dikenal optimis dan professional. Perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 ini hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP, selanjutnya Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta, namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolahnya akibat keaktifannya digerakan Golput atau Golongan Putih yang merupakan gerakan protes dari para mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pelaksanaan Pemilu 1971 (pemilu pertama di era Orde Baru).
Selepas putus sekolah, Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp.750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada Tahun 1983. Bisnis nya pun berkembang hingga di Tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang diberi merek “Susi Brand” yang meluas hingga ke Asia dan Amerika.
Karena kendalanya dalam pengiriman ikan, akhirnya Susi membeli Cessna Caravan seharga 20 Miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangku lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air.
Hingga pada akhirnya, Ia ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Atas pelantikkannya, tidak sedikit menuai protes masyarakat karena gayanya yang tak lazim dimiliki seorang Menteri dari mulai tato hingga kedapatan menghisap rokok. Namun disisi lain etos kerja yang dilakukannya membuat penampilan dan gayanya tidak menjadi hal negatif bagi yang menilainya.
Susi mengatakan, semua perempuan dapat menjadi Kartini, berpikir bebas, serta berkarya.
“Mari mengingat Kartini, wanita yg mampu membebaskan pikiran & jiwanya dr keterbatasan ruang & norma yg mengungkungnya! Liberate your mind,” tulis Susi di akun Twitternya @susipudjiastuti, Kamis ini (21/4).
Tidak lama kemudian Susi pun kembali menulis statusnya.
“Seorang kartini bisa, kita semua bisa. Merdeka untk berpikir, berkerja, berkarya, mencipta,” kicaunya lagi. (Aprilia Rahapit)