Jakarta, Obsessionnews –Mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya akibat gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa yang menuntut reformasi pada Kamis 21 Mei 1998 mengakhiri kekuasaannya selama 32 tahun. Dan berhentinya Soeharto sebagai orang nomor satu di Indonesia itu juga berarti berakhirnya era emas Orde Baru (Orba).
Kini era reformasi berusia 18 tahun. Hari ini berbagai elemen masyarakat merayakan reformasi di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Namun, Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI) berpendapat reformasi mati kutu dan tak perlu dirayakan. “Yang perlu dirayakan adalah kewaspadaan pada kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI), korupsi dan para inlander penjual bangsa sendiri,” Tri Joko Susilo, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Pimpinan Nasional (MPN) dalam keterangan tertulisnya kepada Obsessionnews, Sabtu (21/5/2016).
HMPI, ujarnya, bersama tokoh-tokoh bangsa seperti Ryamizard Ryacudu (Menteri Pertahanan) Tri Sutrisno (mantan wakil presiden) gencar menyosialisasikan kewaspadaan pada PKI.
Tri menegaskan beraninya komunis bangkit lagi di NKRI akibat arah bangsa ini tidak kembali pada nilai-nilai luhur kemurnian Pancasila dan UUD 1945.
“Rasa kemanusiaan hilang, persatuan terancam, kelaparan diciptakan, demokrasi kian liberal , keadilan hilang, dan antar elemen masyarakat saling mencaci dan menikam. Lalu hari ini pertanyaanya: siapa yang mau bertanggung jawab yang mengatasnamakan reformasi?” katanya. (arh, @arif_rhakim)
Baca Juga:
Soeharto Tumbang, Golkar Masih Kokoh Berdiri
Golkar Kena ‘Kutukan’ Soeharto, Harus Kembali ke Trah Soeharto
18 Tahun Reformasi Gagal, Karena KKN Tidak Diberantas!