Selasa, 23 April 24

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian
* Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian

Kecintaan plus konsistensi terhadap pelestarian seni dan budaya Indonesia membuatnya dikenal dan sangat dekat dengan seniman-seniman besar di Tanah Air.

Sosok di balik berdirinya Galeri Indonesia Kaya (GIK) adalah berkat tangan dingin ibu lima anak ini. Dia berhasil mengemas sebuah ruang publik edutainment budaya berbasis multimedia pertama di Indonesia yang dapat diakses masyarakat secara gratis.

GIK mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia dengan konsep kekinian melalui seni pertunjukan secara aktif digaungkan oleh Renitasari Adrian. Kecintaan plus konsistensi terhadap seni dan budaya Indonesia membuatnya dikenal dan sangat dekat dengan seniman-seniman besar di Tanah Air.

Perempuan kelahiran 12 Februari 1974 ini telah memiliki pengalaman selama 24 tahun di bidang public relations dan brand management. Sejak tahun 2010, perempuan yang biasa disapa Renita ini menjabat sebagai program director Bakti Budaya Djarum Foundation. Dia bertanggung jawab menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang fokus memajukan seni budaya Indonesia, khususnya seni pertunjukan. Agar bisa tumbuh menjadi industri dan dapat menghidupi seniman Indonesia.

“Tidak mudah memang menumbuhkan rasa percaya dan suka masyarakat terhadap seni pertunjukan budaya, apalagi orang Indonesia sendiri bukannya tidak mampu membeli tiket pertunjukan. Faktanya berbagai pagelaran musik barat yang datang ke Indonesia, bahkan dengan harga tiket jutaan, selalu sold out,” tambah perempuan pencinta travelling tersebut.

Itulah tantangan Renita ke depan yang harus didukung oleh berbagai pihak, agar seni pertunjukan bisa dicintai dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Tak hanya aktif di dalam negeri, Bakti Budaya Djarum Foundation bersama desainer Indonesia, Denny Wirawan membawa wastra Indonesia ke panggung mode dunia, Fashion Gallery New York Fashion Week (FGNYFW) 2016.

“Melalui lini etnik Balijava dengan koleksi Batik Kudus. Sebanyak 15 looks bergaya modern, edgy, dan elegan koleksi Fall/ Winter sang perancang dipamerkan di hadapan para pecinta fashion di Ballroom Hotel Affinia Manhattan New York,” ujarnya.

Pada Februari 2017, Bakti Budaya Djarum Foundation juga mendukung pementasan Setan Jawa. Sebuah film bisu hitam putih karya Garin Nugroho yang menjadi karya utama dalam Asia Pacific Triennial of Performing Arts (Asia TOPA) di Arts Centre Melbourne’s Hamer Hall.

Setan Jawa membangkitkan mitologi Jawa melalui genre horor kontemporer dengan iringan live orkestra gamelan Indonesia karya Rahayu Supanggah. Dimainkan 20 pemusik gamelan (pengrawit) dan berkolaborasi dengan 20 orang musisi Melbourne Symphony Orchestra, orkestra simfoni tertua di Australia bersama konduktor Iain Grandage. (Naskah: Silvy Riana Putri, Foto: Dok. Pribadi)

Artikel ini dalam versi cetak dimuat di Majalah Women’s Obsession edisi Agustus 2017.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.