“Jika Ahok masih dipertahankan, maka kondisi sosial ekonomi rakyat dan pemerintahan DKI akan terus merosot dari hari ke hari.”
Jakarta, Obsessionnews.com – Ahok, sapaan akrab Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, menjadi terdakwa dugaan penistaan agama. Kendati tengah berurusan dengan hukum, Ahok tetap melakukan aktivitasnya ber kampanye sebagai calon gubernur DKI pada Pilkada 2017. Ahok yang berpasangan dengan politisi PDI-P yang juga Wakil Gubernur nonaktif DKI Djarot Saiful Hidayat diusung oleh PDI-P, Nasdem, Hanura, dan Golkar.
Pengamat politik dari Network for South East Asian Studies (NSEAS) Prof Muchtar Effendi Harahap menilai Ahok telah gagal dan tak layak untuk terus sebagai Gubernur DKI.
“Jika Ahok masih dipertahankan, maka kondisi sosial ekonomi rakyat dan pemerintahan DKI akan terus merosot dari hari ke hari. Ahok sudah menjadi penyebab masalah keamanan dan ketertiban masyarakat DKI,” kata Muchtar dalam keterangan tertulis yang diterima Obsessionnews.com, Sabtu (24/12/2016).
Oleh karena itu, lanjutnya, jika Ahok tetap jadi gubernur ia tetap mengalami kegagalan. Ahok dinilai tidak mampu memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan, banjir, kemacetan, kawasan kumuh, dan urusan pemerintahan lainnya.
Penulis buku Kami Melawan Ahok Tak Layak Jadi Gubernur ini mengungkapkan, suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika terjadi peningkatan pendapatan riil. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi . Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
“Bagi DKI, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan atau kegagalan seorang gubernur dalam melaksanakan pembangunan ekonomi,” tandasnya.
Saat Jokowi dan Ahok kampanye Pilkada DKI 2012 berjanji menargetkan pertumbuhan ekonomi DKI mencapai 7%. Janji target 7% pertumbuhan ekonomi ini sungguh digembar-gemborkan kepada calon pemilih. Angka 7% ini tidak tinggi, masih satu digit.
Ahok yang menjadi Gubernur DKI pada 19 November 2014, menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi Presiden, ternyata gagal melaksanakan program pertumbuhan ekonomi dengan target 7%. Data, fakta dan angka berbicara, pertumbuhan ekonomi terus merosot, hanya mampu mencapai jauh di bawah 6 %! Jika dibandingkan era gubernur sebelumnya, Fauzi Bowo atau Foke, pencapaian Ahok masih di bawah Foke.
Menurut Muchtar, era Foke pertumbuhan ekonomi relatif tinggi. Yakni 6,44 % (2007), 6,22 % (2008), 5,1 (2009), 6,50% (2010), 6,77 % (2011), dan 6,53 % (2012). Rata-rata capaian pertumbuhan ekonomi era Foke di atas 6 %. Sedangkan Ahok hanya mampu capai di bawah 6 %. Yakni 6,11 % (2013), 5,9 % (2014), 5,88 % (2015), dan 5,62 % , dan 2016 masih di awah 6 %. Hanya pada 2013, Ahok bisa mencapai di atas 6 %. Itupun sisa hasil kerja Foke pada 2012.
“Intinya, pertumbuhan ekonomi era Ahok terus merosot. Dapat dinilai, Ahok mengalami kegagalan mengurus pertumbuhan ekonomi DKI baik dibandingkan janji kampanye, target akan dicapai di dalam Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta 2013-2017, dan juga perbandingan dengan Foke,” ujar Muchtar.
Khusus target capaian pertumbuhan di dalam Perda No. 2 Tahun 2012, Yakni 6,90 % (2013), 7,00 % (2014), 7,10% (2015), 7,20 % (2016), dan 7,30 % (2017). Sebelumnya, tahun 2012 era Foke pertumbuhan ekonomi mencapai 6,53 %.
“Kesimpulannya, Ahok tak mampu mengatasi terus merosotnya pertumbuhan ekonomi. Data, fakta dan angka capaian pertumbuhan ekonomi ini membuktikan Ahok gagal melaksanakan visi, misi dan programnya,” pungkas Muchtar. (arh)
Baca Juga:
Penggusuran, Komnas HAM Sebut Ahok Tak Anggap Warganya Manusia
Kemiskinan di DKI Era Ahok Meningkat
Tata Kelola Keuangan DKI Era Ahok Sangat Buruk
Ahok Tak Mampu Atasi Merosotnya Pertumbuhan Ekonomi DKI
Umat Islam Diimbau Semakin Gencar Tuntut Ahok Dipenjara