Sabtu, 20 April 24

Pilkada DKI Jakarta Berasa Pilpres

Pilkada DKI Jakarta Berasa Pilpres
* Tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta: Anies Baswedan, Sylviana Murni, Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Tajahaja Purnama atau Ahok, Sandiaga Uno, dan Djarot Saiful Hidayat.

Jakarta, Obsessionnews.com – Setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencatatkan sejarah bahwa dia menapak tangga selaku Gubernur DKI Jakarta sebelum menjadi presiden, maka harga politik gubernur ibu kota negara makin naik tajam. Maka, wajar jika Pilgub Jakarta 2017 menjadi tolak ukur ke  mana dan bagaimana pertarungan politik Pilpres 2019.

Pertarungan politik di Jakarta sejak 2012 selalu berlangsung keras. Terlebih karena gubernur terpilih pada Pilkada DKI Jakarta 2012, Jokowi, sukses diboyong PDI-P ke Istana menjadi Presiden, hanya dua tahun setelah memimpin Jakarta. Jakarta sontak menjadi barometer kekuatan politik nasional. Siapa menguasai Jakarta, berpotensi besar menguasai Indonesia.

Maka tak heran, Pilkada DKI Jakarta sebagai ajang proxy war dari para suhu politik yang sedang bertarung saat ini. Ada tiga poros kekuatan memperebutkan kursi DKI 1, yakni poros Megawati, SBY, dan Prabowo yang merupakan representasi kekuatan politik nasional pada 2014 lalu.

Bukan tanpa alasan SBY mengusung anak sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, bertarung memperebutkan posisi Gubernur DKI Jakarta. Target jangka pendeknya adalah sebagai gubernur Jakarta. Sedangkan target jangka panjang, Agus dipersiapkan melanjutkan estafet kepemimpinan trah politik SBY di masa mendatang.

Begitupun dengan Prabowo, mengusung Anies Baswedan bukan tanpa alasan politik. Mantan Rektor Paramadina ini merupakan calon pemimpin prospektif yang memiliki aset elektoral jangka panjang yang cukup menjanjikan. Tentu saja Prabowo juga tak mau kehilangan panggung politik yang mulai kembali didominasi oleh poros Megawati.

Megawati dengan menjadikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai senjata andalannya untuk mengalahkan SBY dan Prabowo. PDI-P menjatuhkan pilihan terhadap Ahok mempertimbangkan faktor Pemilu 2019, yakni untuk mengamankan posisi Jokowi di pemilu presiden yang bakal berlangsung dua tahun setelah gelaran Pilkada DKI Jakarta.

Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengatakan pertarungan tiga kekuatan politik itu sebetulnya tidak hanya terjadi di Pilkada DKI Jakarta, melainkan juga di pilkada daerah lainnya. Akan tetapi DKI Jakarta yang tampak menjadi perhatian khusus karena tidak lepas dari dinamika yang kian panas.

“Soal kepentingan 2019 itu terjadi sebenarnya di semua pilkada, namun dengan intensitas tidak se DKI Jakarta, karena perhatian publik lebih tinggi ke DKI,” kata Ray saat dihubungi Obsessionnews.com, Sabtu (14/1/2017).

Poros Cikeas berpendapat sekeras apapun niat Gerindra mengusung Anies-Sandiaga, elektabilitas pasangan itu dipandang tak dapat menyaingi agresivitas Ahok di berbagai lini. Maka Poros Cikeas berpikir keras, dan setelah “bertapa” dua hari dua malam akhirnya menyodorkan kartu as mereka: Agus Harimurti Yudhoyono.

Putra sulung SBY yang memiliki karier militer cemerlang di TNI Angkatan Darat itu selama ini dianggap serba bisa. Tahun lalu, Agus menyelesaikan pendidikan militer di US Army Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat, dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4.

Pada saat bersamaan, ia juga meraih gelar Master of Arts dari George Herbert Walker School of Business and Technology, Webster University, juga dengan IPK 4. Ini cuma secuil dari deretan prestasi Agus Yudhoyono di dunia akademis dan militer.

Akan tetapi kemenangan Agus di Pilkada DKI tidak otomatis dapat dijadikan sebagai modal untuk maju sebagai capres 2019, karena elektabilitasnya tak mampu menandingi calon petahana, Jokowi. Yang paling mungkin adalah Poros Cikeas mengambil posisi sebagai orang nomor dua.

“Masalahnya Cikeas tidak punya pilihan lain kemungkian ada koalisi, kalau gak ke petahana maka dia akan ke non petahana. Untuk menjadi kekuatan sendiri saya tidak begitu yakin akan mendorong, paling mungkin Cikeas memilih 2 gitu,” tutur Ray.

Bagaimana dengan Anies? Jika Anies menang maka ini akan menjadi modal bagus bagi Prabowo untuk menyandingkannya pada Pilpres 2019. Ray menilai salah satu calon yang bisa menyaingi elektabilitas Jokowi tidak lain selain Prabowo. Dengan demikian Prabowo hanya butuh seorang wakil yang setidaknya memiliki nilai jual tinggi.

“Karena sejauh ini belum terlihat kekuatan di luar petahana yang elektabilitasnya memadai, yang elektabilitasnya lumayan ya Pak Prabowo,” pungkasnya.

PDI-P dan Jokowi tak ingin Jakarta dipimpin oleh orang yang berpotensi menjadi pesaing pada Pemilu Presiden 2019. Ahok yang selama ini dipercaya Jokowi, belum akan menjadi rival Jokowi pada 2019. Maka dorongan Jokowi untuk memenangkan Ahok di Pilkada DKI menjadi keharusan.

Itulah faktor yang mempengaruhi mengapa pertarungan di Pilgub DKI 2017 begitu sengit antara tiga kekuatan politik tadi. Setidaknya suhu politik sudah kian memanas, hal itu terlihat dalam debat perdana tiga pasangan calon yang disiarkan secara langsung oleh tiga stasiun televisi nasional pada Jumat (13/1) malam.

Megawati hadir untuk memberikan dukungan langsung kepada Ahok dan pasangannya. Sedangkan meski absen SBY memberikan sedikit wejangan bagi sang anak, Agus. Pesan itu menjadi wejangan sekaligus harapan SBY agar Agus dan wakilnya, Sylviana Murni, bisa mengikuti debat tersebut.

Prabowo Subianto juga tak menyaksikan debat secara langsung, dikarenakan sedang mengikuti agenda lain. Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Namun begitu, debat perdana tiga pasangan calon yang diadakan di Hotel Bidakara Jakarta itu berlangsung dengan tertib dan lancar. Tim sukses ketiga pasangan juga mampu menjaga suasana kondusif selama debat berjalan. (Has)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.