Sabtu, 20 April 24

Pilkada DKI 2017 Ramai Tapi Gersang?

Pilkada DKI 2017 Ramai Tapi Gersang?
* Koalisi Cikeas yang terdiri dari Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN mengusung Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni pada Pilkada DKI Jakarta 2017. (Foto: Edwin Budiarso/Obsessionnews.com)

Jakarta, Obsessionnews.com – Pengamat politik dari Universitas Presiden, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Muhammad AS Hikam, memprediksi kompetisi merebut posisi orang nomor satu dan dua di DKI Jakarta pada Pilkada 2017, hanya merupakan sebuah pagelaran politik yang anti klimaks atau ramai tapi gersang.

Menurut Hikam, ramalam  muram ini berdasarkan atas asumsi partai politik (parpol) yang bukan pendukung petahana, yakni Koalisi Kekeluargaan, gagal menampilkan pasangan calon (paslon) yang memiliki kekuatan seimbang atau alternatif, yang mampu mengalahkan paslon petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – Djarot Saiful Hidayat.

“Variabel paslon ini sangat penting, sebab dalam Pilkada langsung di seluruh Indonesia, penentu utama kemenangan terletak pada sosok paslon, bukan pada jumlah parpol yang mendukung,” kata Hikam seperti dikutip Obsessionnews.com dari keterangannya di blog The Hikam Forum, Sabtu (24/9/2016).

Koalisi Keluargaan terbelah menjadi dua kubu, yakni Kubu Cikeas dan Kubu Kertanegara. Kubu Cikeas yang berisi empat parpol, yakni Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PPP mengusung duet Agus Harimurti – Sylviana Murni. Pasangan ini dideklarasikan di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Puri Cikeas, Jawa Barat, Kamis (22/9).

Sedangkan Kubu Kertanegara yang terdiri dari Partai Gerindra dan PKS mengusung Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Duet ini dideklarasikan di rumah keluarga Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jl. Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (23/9).

“Tanpa berpretensi mendahului takdir, untuk sementara saya menduga bahwa dengan dua paslon Koalisi Kekeluargaan itu, Pikada DKI 2017 akan sulit diharapkan berlangsung kompetitif, alot, dan menghadirkan pilihan menarik bagi pemilih,” tutur Hikam.

Sebaliknya,  lanjut mantan Menteri Riset dan Teknologi di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini, perhelatan demokrasi lima tahunan itu walaupun mungkin akan berlangsung dengan riuh dan ramai, tetapi tetap gersang secara substansi, karena probabilitas terjadinya perubahan cukup kecil.

Alasannya sederhana saja, yaitu tidak adanya kesetaraan (level playing  field) antara Ahok – Djarot dengan kedua paslon lawan dalam hal popularitas, elektabilitas, dan kapasitas, serta lingkungan strategis (lingstra) Jakarta yang saat ini dihadapi para penantang sang petahana.  (@arif_rhakim)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.