Kamis, 25 April 24

Pendakwah dan Penguasa

Pendakwah dan Penguasa

Oleh: Ustadz Felix Siauw, Pengemban Dakwah

 

Setahu saya, banyak kisah Nabi di dalam Al-Qur’an berurusan dengan penguasa di masanya. Kecuali ya Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, karena mereka penguasanya.

Pelajarannya, ketika Allah mengutus Nabi dan Rasul-Nya untuk suatu kaum, membenahi mereka dengan hukum Allah, maka yang biasa merasa terganggu adalah penguasa.

Sebab mereka khawatir, saat cahaya kebenaran tampak, maka ketidakadilan akan terlihat jelas, kezaliman mereka terancam sirna, dan kekuasaan mereka merasa terancam.

Saat itu terjadi, biasanya akan ada propaganda, deraan, atau pemboikotan yang dilakukan oleh penguasa yang ada. Itu terjadi pada Ibrahim, Musa, Isa, dan Rasulullah Muhammad.

Kita juga tahu, Allah takkan membiarkan kezaliman terjadi, sebab itu diturunkanlah Nabi dan Rasul untuk meluruskan manusia dan perilakunya, menuju keluhuran fitrah.

Tapi bukankah Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir? Lalu siapa yang membenahi umat saat sudah tidak lagi ada Nabi dan Rasul yang membawa risalah dan dakwah?

Karena itulah Islam berbeda dari yang dibawa Nabi dan Rasul terdahulu. Mukjizat Nabi Muhammad ditinggal di bumi, tidak diangkat sebagaimana Nabi sebelumnya.

Sebab umat Muhammad, Muslim, adalah umat dakwah. Mereka diberikan Al-Quran dan As-Sunnah, agar mereka menyeru manusia taat, amar makruf nahi munkar.

Siapa yang tak suka ketika Al-Quran dan As-Sunnah diserukan? Dulu yang tak suka kebaikan adalah Namrud, Firaun, Kaisar, Quraisy Jahiliyyah, sekarang ada versi barunya.

Dahulu dakwah para Rasul ditentang penguasa yang merasa kekuasaannya bakal terancam, sekarang kurang lebih sama, dakwah pasti akan mendapatkan halangan.

Maka sematan “provokatif”, “memecah belah”, “SARA”, “intoleran”, “menimbulkan ketegangan”, dulu sudah dipanen para Nabi dan Rasul, bisa jadi sekarang pun begitu.

Sayangi manusia, ikhlaskan dakwah karena Allah semata, selalu sesuaikan lisan dan perbuatan dengan Al-Quran dan As-Sunnah, maka semua itu cukup bagi kita.

Kita berdakwah karena Allah perintahkan. Berhasil dan tidaknya tidak pernah Allah bebankan bagi kita, apalagi sekadar reaksi manusia, apakah itu celaan atau pujian.

Pelajaran kedua, kekuasaan baru akan amanah bila yang memegang yang berdasarkan wahyu, seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Sudah gitu aja, nanti juga lo paham.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.