Sabtu, 20 April 24

Netizen Sebut Soeharto Pahlawan Sejati

Netizen Sebut Soeharto Pahlawan Sejati

Jakarta, Obsessionnews – Bak disambar petir di siang bolong para netizen yang mengidolakan Soeharto terkejut bukan kepalang, ketika mengetahui Soeharto gagal meraih gelar pahlawan nasional. Nama Presiden kedua RI itu tidak terdapat dalam daftar lima tokoh yang diberi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Kamis (5/11/2015). (Baca: Soeharto Gagal Rebut Gelar Pahlawan Nasional)

Adapun lima tokoh tersebut adalah almarhum Bernard Wilhem Lapian, almarhum Mas Iman, almarhum Komjen Pol Moehammad Jasin, almarhum I Gusti Ngurah Made Agung, dan almarhum Ki Bagus Hadikusumo (alm). Mereka dikukuhkan sebagai pahlawan nasional lewat Keputusan Presiden (Keppres) 116/TK Tahun 2015. Semua plakat tanda jasa dan penghargaan gelar pahlawan nasional diberikan oleh Presiden Jokowi kepada para ahli waris. (Baca: Mengapa Soeharto Ditolak Jadi Pahlawan Nasional?)

Nama Soeharto melesat bak anak panah lepas dari busurnya ketika menjabat Pangkostrad dan memegang Surat Perintah Sebelas Maret (Super Semar). Berbekal Super Semar itulah ia menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca meletusnya pemberontakan PKI yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September 1965 (G30S). Soeharto lalu mengambil alih kekuasaan dari Sukarno pada 1966, dan secara resmi diangkat menjadi presiden pada 1968. (Baca: Pendukungnya Marah Soeharto Dizalimi)

Dukungan masyarakat begitu besar pada pemimpin militer yang populer dengan julukan The Smiling General ini. Hal itu dibuktikan secara berturut-turut Soeharto kembali terpilih menjadi presiden pada 1973, 1978, 1983, 1988, 1992, dan 1997. (Baca: Sekjen Ormas Tommy: Pemerintah Durhaka Pada Pak Harto)

Sejatinya Soeharto berkuasa hingga 2002. Namun gerakan reformasi memaksanya turun dari singgasana kekuasaannya pada 21 Mei 1998. Setelah lengser keprabon, mantan penguasa Orde Baru selama 32 tahun itu sering sakit. Dan pada 27 Januari 2008 Soeharto meninggal dunia karena sakit di Jakarta. Ia kemudian dimakamkan di Astana Giribangun,Karanganyar, Jawa Tengah.

Setelah itu pada 2010 sekelompok masyarakat mengusulkan Soeharto untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Namun ketika itu pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolaknya. (Baca: Soeharto Layak Jadi Pahlawan Nasional)

Para pendukung Soeharto tak putus asa. Mereka kembali mengajukan gelar pahlawan nasional untuk Soeharto kepada pemerintah pada 2015. Tetapi upaya itu kembali gagal. (Baca: Banyak yang Tanya Mengapa Soeharto Tak Dapat Gelar Pahlawan)

Meskipun gagal menggondol gelar pahlawan nasional, dukungan terhadap Soeharto terus mengalir di dunia maya. Di media sosial facebook para netizen tak henti-hentinya memberikan dukungan pada Soeharto dan mencaci maki pemerintah yang menolak memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.

Seorang netizen bernama Muhammad Yadi menulis status,”Aku layak nyebut Pak Harto pahlawan, pahlawan kesejahtera’an nasional.”

Netizen lainnya yang bernama Faizol Rhobas mengatakan Soehato layak mendapat gelar pahlawan nasional, karena besar jasanya untuk rakyat Indonesia.”

Sementara itu Nyayu Dian Novita di akun facebooknya menyatakan, partai yang berkuasa sekarang masih menaruh dendam, karena Sukarno meninggal dunia dalam status tahanan.

Sedangkan Basuki Rakhmad menulis di status facebooknya mengatakan, Soeharto adalah pahlawan di atas pahlawan-pahlawan lainnya. Soeharto adalah pahlawan sejati dengan atau tanpa tanda dari pemerintah.

Dukungan juga datang dari netizen bernama Ahmad Budullah. Ia menilai Soeharto seorang pemimpin yang arif. Soeharto benar-benar dapat mengimplementasikan manajemen sebagai ilmu, sehingga pelaksanaan tugasnya dapat menghasilkan karya-karya berprestasi secara konsisten dan berkesinambungan.

“Di samping itu karakteristik kepemimpinan dan manajemen Pak Harto diperkuat pula dengan kejujuran atau integritas profesional serta ketakwaan. Salah satu contohnya, dalam mengambil keputusan, Pak Harto selalu memikirkan matang-matang, tidak spontan, karena Pak Harto selalu berfikir untuk jauh ke depan dan tidak pernah berfikir pendek,” tuturnya.

Ahmad menambahkan, Pak Harto juga selalu dapat menyesuaikan keadaan. Soeharto berempati dengan orang lain dan tak pernah mencampuri urusan orang lain. Seperti halnya pekerjaan, Pak Harto juga tak pernah meng-intervensi para pembantu-pembantunya. “Itulah sebabnya Pak Harto bisa disebut sebagai seorang pemimpin yang arif,” ujarnya. (Arif RH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.