Sabtu, 20 April 24

Minta Maaf, PPP Menyesal Dukung Ahok

Minta Maaf, PPP Menyesal Dukung Ahok
* Sekjen PPP Kubu Romahurmuziy Arsul Sani.

Jakarta, Obsessionnews.com – Pilkada DKI Jakarta banyak menyedot perhatian publik karena eskalasinya yang tinggi. Semua dipertaruhkan untuk bisa memenangkan pasangan yang diusung, terutama bagi partai pendukung. Bahkan ada yang terlihat terpaksa mendukung salah satu calon karena pertimbangan politik yang tidak jelas.

PPP menjadi salah satu-satunya Partai Islam yang menyatakan mendukung pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat. Entah apa yang menjadikan PPP terlalu berani mengambil resiko untuk mendukung Ahok. Padahal, Ahok sendiri dianggap telah menghina keyakinan agama Islam.

Hal ini tentu tidak membuat dukungan Ahok itu menguntungkan, terutama bagi basis massa PPP. Karena sikap politik yang blunder itu suara PPP bisa terancam hilang. Ini diakui oleh Sekjen PPP kubu Romahurmuziy Arsul Sani, bahwa di internal PPP tengah terjadi gejolak dan kemarahan karena berani mendukung Ahok.
‎‎
“Kami akui bahwa soal dukungan ke Ahok banyak timbulkan kemarahan, kekecewaan yang luar biasa dari berbagai struktur maupun akar rumput di bawah,” ujar Sekretaris Jenderal DPP PPP Arsul Sani di kompleks Parlemen Jakarta, Jumat (21/4/2017).

Menurutnya kondisi ini tidak boleh diabaikan. Sebab, kemarahan itu lebih kepada rasa cinta kader terhadap partainya.

‎”Kemarahan dan ketidakpuasan itu kami maklumi, diperkirakan eskalasinya luar biasa dari kalangan internal, setelah kami jelaskan kepada wilayah ulama, mereka pahami walaupun mereka tidak setuju PPP dukung Ahok. Tapi tidak lagi dalam posisi marah, ngamuk,” jelas Arsul

Setelah Pilkada DKI ini, katanya, DPP PPP akan kembali melakukan konsolidasi untuk membenci kondisi dan situasi partai. Ia tidak ingin di tengah terbelahnya dua kubu di PPP, persoalan ini menambah runyam karena mendukung Ahok. Secara berani, PPP pun menyampaikan minta maaf.‎

“Kami secara gentle menyampaikan permohonan maaf atas dukungan ke Ahok. Kami akan jelaskan ke DPC, DPW dan tokoh lokal PPP,” sebut anggota Komisi III DPR ini.

Soal permintaan maaf itu diterima atau tidak, dia menyerahkan kepada meksnisme partai, termasuk bila ada usulan digelarnya MLB selama syaratnya memenuhi. ‎”Tapi saya yakin tidak akan terjadi MLB. Mayoritas solid dan mereka paham bahwa putusan mendukung Ahok karena situasi yang sulit untuk dijelaskan secara terbuka,” pungkas Arsul.

Seperti diketahui kolaborasi Partai Gerindra dan PKS paling akhir mengumumkan pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur (wagub) DKI Jakarta 2017. Secara mengejutkan Gerinda dan PKS mendeklaraskan duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada Jumat (23/9/2016) sekitar pukul 13.30 WIB.

Disebut kejutan, karena sebelumnya nama Anies tak pernah disebut-sebut. Sebelumnya yang santer beredar adalah kader Gerindra, Sandiaga, sebagai cagub, sedangkan cawagubnya adalah  kader PKS, Mardani Ali Sera.

Namun, di detik-detik terakhir menjelang penutupan pendaftaran  di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi DKI, terjadi perubahan peta politik.  Nama Anies dipasang sebagai cagub, sedangkan Sandi sebagai wakilnya. Dengan demikian Mardani tersingkir.

Anies mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Jokowi. Mantan Rektor Universitas Paramidana ini tak berlatar belakang politik. Ia tak menjadi kader parpol apapun.

Sebelumnya yang terlebih dahulu mendeklarasikan paslon adalah PDI-P, Golkar, Nasdem, dan Hanura pada Selasa  (20/9/2016). Keempat parpol tersebut mengusung gubernur dan wagub petahana DKI, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.

Ahok tidak menjadi kader parpol apapun setelah angkat kaki dari Gerindra pada 2014. Sementara Djarot merupakan kader  PDI-P yang pernah menjadi Wali Kota Blitar, Jawa Timur.

Selanjutnya koalisi Partai Demokrat, PPP, PAN dan  PKB mendeklaraskan paslon Agus Yudhoyono Harimurti-Sylviana Murni pada  Jumat (23/9/2016) dini hari. Agus putra sulung Presiden keenam RI yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karena resmi menjadi cagub, Agus mengundurkan diri dari TNI AD dengan pangkat mayor. Sementara itu Sylvi adalah mantan Deputi Gubernur DKI bidang Pariwisata dan Kebudayaan.

Menjelang Pilkada 15 Februari 2017 sejumlah pihak memandang sebelah mata pada Anies-Sandi. Hal ini tercermin dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei  yang menempatkan elektabilitas mereka di tempat buncit. Sedangkan Agus-Sylvi berada di peringkat pertama, dan Ahok-Djarot di posisi kedua. Ketika itu diprediksi Anies-Sandi tak bakalan mengikuti pilkada putaran kedua.

Namun, hasil survei tersebut berbeda dengan kenyataan di lapangan.

KPU DKI  Senin (27/2/2017) mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara, yakni Agus-Sylvi yang bernomor urut 1 memperoleh  937.955 suara atau 17,05%, Ahok-Djarot (nomor urut 2) mendapat 2.364.577 (42,99%} dan Anies-Sandi (nomor urut 3) memperoleh  2.197.333 ( 39,95%).

Ketiga paslon tidak ada yang memperoleh suara lebih dari 50 persen sebagai persyaratan untuk ditetapkan sebagai gubernur dan wagub sebagaimana ditetapkan dalam UU 29/2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Untuk itu pada rapat pleno Sabtu (4/3) KPU DKI memutuskan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi maju di putaran kedua pada Rabu (19/4).‎ (Albar)

Related posts