Jumat, 19 April 24

Mengapa Profesi Lulusan IPB Banyak yang “Menyimpang” ?

Mengapa Profesi Lulusan IPB Banyak yang “Menyimpang” ?
* Presiden Jokowi. ( Foto: BBC Indonesia)

“Mahasiswa lulusan IPB banyak yang kerja di bank. Terus yang ingin jadi petani siapa?” sindir Presiden Jokowi dalam Dies Natalis ke-54 IPB. Jokowi mengaku punya data bahwa ‘banyak direksi perbankan BUMN yang (berasal) dari IPB’. Padahal, sarjana lulusan pertanian diperlukan untuk tetap fokus di sektor tersebut, untuk mengembangkan pertanian di Indonesia.

Nampaknya, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) banyak yang “menyimpang” dari profesinya di bidang pertanian, meski subsidi pendidikan cukup besar untuk IPB. Banyak yang bekerja di bank atau profesi lainnya yang tidak terkait pertanian. Akibatnya, bidang pertanian kita tertinggal dengan manca negara, bahkan buah-buahan di Indonesia banyak diimpor dari Bangkok.

Tak heran jika Presiden Jokowi menyindir banyaknya lulusan IPB yang bekerja di dunia perbankan. Sindiran ini disampaikan Jokowi dalam Sidang Terbuka Dies Natalis ke-54 IPB di Kampus IPB, Bogor, Rabu (6/9/2017), yang dihadiri ribuan mahasiswa, dosen hingga rektor IPB.

” Yang hadir di sini, mahasiswa-mahasiswa yang berpikiran modern yang mau terjun ke lapangan untuk kerja di sawah, di pertanian. Maaf Pak Rektor. Tapi mahasiswa (lulusan) IPB banyak yang kerja di Bank,” kata Jokowi disambut tawa sejumlah mahasiswa yang hadir. Jokowi mengaku sudah mengecek sendiri di jajaran direksi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sangat banyak lulusan IPB bekerja di sana, mulai dari level direksi hingga manajer tengah.

“Terus yang ingin jadi petani siapa? Ini pertanyaan yang harus dijawab oleh mahasiswa-mahasiswa. Harus saya sampaikan apa adanya karena itu data yang saya peroleh,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, harusnya mahasiswa lulusan IPB bisa bekerja untuk sektor pertanian yang lebih modern. Mahasiswa bisa menggunakan teknologi terkini seperti Google Earth hingga drone untuk mengembangkan sektor pertanian.

Sidang Terbuka Dies Natalis ke-54 IPB

Karena Pertanian Gajinya Kecil
Sindiran Presiden Jokowi mendapat tanggapan dari lulusan IPB. Rifda Ammarina, Alumni IPB EO Agrinex Expo, merespon pernyataan Jokowi tersebut. “Saya Rifda Ammarina alumni IPB angkt 20. Alhamdulillah sejak 2005 memperjuangkan promosi dan edukasi pertanian Indonesia lewat Agrinex Expo dan saat ini sedang membangun usaha Pertanian dgn komoditas Rempah Di Maluku Utara dan Hortikultura di Pandeglang Banten,” kata Rifda dalam surat terbukanya, Kamis (7/9).

Rifda memahami, mengapa tidak semua alumni IPB berkecimpung di sektor Pertanian. “Ini karena pemimpin Negeri ini terutama pemerintahan dalam kepemimpinan Bapak (Jokowi) belum cukup berbuat sesuatu yang mendorong investasi di sektor Pertanian sehingga sektor Pertanian mampu menyerap semua tenaga-tenaga alumni IPB dengan gaji yang layak,” protesnya.

“Pak Jokowi, taukah Bapak betapa sulitnya mengakses lahan pertanian bagi kami, betapa sulitnya mendapat akses pembiayaan bank dgn agunan lahan pertanian non sawit, betapa sulitnya benih berkualitas dan pupuk dgn harga terjangkau dan betapa tidak pastinya harga jual hasil pertanian krn kebijakan import yg pemerintan Bapak lakukan. Pak, semua itu menjadi kendala untuk menarik lebih banyak pemain baru di sektor pertanian,” sergah Rifda.

“Pak Jokowi, taukah Bapak betapa sedikitnya alumni IPB di BUMN krm kalau banyak alumni IPB di bank BUMN maka mustinya mudah pembiayaan kebun buah dgn agunan lahan pertanian, shg bukan kebun besar saja spt sawit tapi juga kebun buah kecilpun bisa dibiayai. Kalau banyak alumni IPB di kementrian Kehutanan dan BPN mustinya mudah akses lahan pertanian bagi kami alumni tanpa harus membeli lahan yang makin tidak murah karena penguasaan lahan oleh taipan yang lewati batas kewajaran akibat lalainya Pemerintah,” ungkap dia.

Ia pun sepakat, kalau saja banyak alumni IPB di Kementerian Perdagangan bisa jadi akan mudah import dihentikan untuk menolong produk pertanian lokal di pasar Indonesia dan eksport. “Dan bila banyak alumni IPB di Kementrian Perindustrian rasanya mudah akan hadirnya industri pengolahan di sentar-sentra produksi Pertanian sehingga harga saat panen tidak merugikan petani,” tambahnya.

Menteri Pertanian Harus dari IPB
Rifda juga menyarankan Presiden Jokowi agar mengangkat pejabat Menteri Pertanian dari lulusan IPB.
“Pak Jokowi, saya inshaa Allah cukup yakin, kalau saja Bapak copot Menteri Pertanian dan gantikan dengan alumni IPB yang handal maka akan hadir kebiajakan-kebijakan yang mendorong produktivitas pertanian dengan efisien juga sesuai kebutuhan alias tidak mubazir dan asal-asalan seperti saat ini,” desak Rifda.

“Oh ya Pak. Taukah Bapak berapa banyak BUMN dan berapa banyak alumni di level direktur BUMN? Bandingkan dgn jumlah alumni IPB? Hanya kurang dr 1% yg menjadi direksi BUMN. Jadi daripada Bapak pertanyakan kiprah dan output alumni IPB di Pertanian, mending Bapak ganti Mentan dg alumni IPB dan rubah kebijakan import, pembiayaan pertanian dan akses lahan pertanian,” protesnya pula.

Heru Mufti (paling kiri) mengaku bergerak di pertanian juga bisa sangat menguntungkan. (BBC)

Bergerak di Pertanian Bisa Menguntungkan
Namun, sarjana lulusan bidang pertanian ada juga yang menggeluti bidang profesinya. Heru Mufti adalah salah satu lulusan pertanian yang memilih tetap berkecimpung di sektor yang dipelajarinya saat masih berkuliah itu. Sejalan dengan pernyataan Dwi Andreas, dia memilih sektor di luar kerja sawah-ladang.

Lulus dari jurusan agribisnis Universitas Padjajaran, enam tahun lalu, Heru langsung membuka usaha penjualan pupuk, bibit dan pestisida di kampung halamannya, Payakumbuh, Sumatera Barat.

“Sebanyak 70% lulusan jurusan saya itu, tidak ada yang kerja di pertanian. Kebanyakan di bank… Saya merasa banyak teman saya yang gengsi kerja di pertanian. Lalu saya putuskan mengapa harus ikut orang lain? Saya milihnya out of the box…,” katanya seperti dilansir BBC Indonesia, Rabu (6/9).

Heru mengungkapkan meski target pasar dagangannya hanya petani, “tetapi mereka selalu butuh (pupuk, bibit, pestisida). Dari segi ekonomi (penghasilan saya sekarang) lebih bagus daripada bekerja di bank.”

Melalui empat buah toko produk pendukung taninya di seputaran Payakumbuh, Heru bisa memperoleh omzet fantastis Rp1,5 miliar per bulan. “Nanti segera nambah satu toko baru lagi,” tambahnya.

Dia meminta agar lulusan pertanian untuk “lebih membuka pikiran dan wawasan, bahwa dunia pertanian itu sangat luas dan bisa menghasilkan uang yang banyak. “Indonesia punya tanah yang subur dan tanah yang luas, mengapa kita harus bersempit-sempit di perkantoran?” tutur Heru. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.