Sabtu, 20 April 24

Memurnikan Pancasila

Memurnikan Pancasila

Oleh : Rohmadi Edogawa, Pemerhati Politik

 

Negeri kita ini berasas pada Pancasila hasil kesepakatan para pendiri bangsa. Pancasila sebagai asas sebenarnya tidak bermasalah secara substansial, hanya saja Pancasila ini membutuhkan penafsiran untuk dapat dilaksanakan.

Problemnya sekarang ada pada metode tafsirnya, apa tafsir yang tepat? Siapa yang berhak menafsirkan?

Pancasila pun tumbuh dan tegak tidak di ruang hampa, dia berdiri di atas konsensus para agamawan yang telah berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia. Sebelum adanya semangat nasionalisme krn memang negara (nation) belum ada, yang ada adalah semangat keagamaan dalam mengusir penjajah. Oleh karenanya penafsiran pancasila hanya dapat dilakukan dengan menggunakan tafsir agama. Tanpa menggunakan tafsir agama, maka pancasila akan menjadi agama, tetapi itu mustahil sebab para pendiri bangsa tidak bermaksud menjadikan pancasila sebagai agama. Sejak semua pancasila adalah kesepakatan bersama dan bukan suatu agama bersama. Memang masalahnya lagi pancasila tidak meninggalkan suatu sunnah sebagai tafsir atau penjelas pancasila, sebagaimana sunnah dalam islam dapat menjadi penjelas isi al Quran.

Perebutan konsep kemudian terjadi antar agama. Agama mana yang paling berhak menafsirkan pancasila? Menjawab pertanyaan ini tidak mudah, sebab sensitive sekali dihati para pemeluk agama. Namun dapat dipahami bersama bahwa pancasila disusun oleh banyak orang yang beragama, secara historis dapat dilihat agama apa saja yang dianut oleh para pencetus pancasila? Mengapa menggunakan ukuran itu dapat dimengerti sebab para pencetus gagasan sangat dipengaruhi oleh agama yang dianut.

Kemudian untuk melihat makna yang terkandung dalam pancasila dapat dilihat dari akar bahasa yang digunakan. Misalnya, untuk menetahui makna dari “Ketuhanan Yang Maha Esa” dapat dilihat dari bahasa apakah esa itu? Sebab pancasila ini adalah landasan moral bangsa maka mengetahui makna dan mengembangkannya di dalam peri kehidupan bangsa ini menjadi wajib.

Harus dipahami pula bahwa berpancasila itu sebenarnya adalah berpedoman dalam pengurusan dunia lebih khusus berbangsa dan bernegara tidak menyangkut masalah beraqidah dan beribadah khusus.memangdang pancasila haruslah dslam kerangka berakhlaq sosial sesama manusia dalam urusan berbangsa dan bernegara atau aspek pengelolaan bangsa dan negara itu saja.

Muslim tidak perlu hawatir dengan adanya pancasila akan menggerus iman dan takwa, atau keabsahan sholat subuhnya. Sebab pancasila tidak mengurusi itu dan tidak boleh masuk ke wilayah ibadah khusus. Lagi pula para pendiri bangsa ini dalam menyampaikan gagasan Pancasila itu yg muslim juga masih menjalankan sholat lima waktu. Konsensus pancasila ini adalah konsensus krn kemajemukan di dalam negeri Indonesia yang membutuhkan solusi integrasi, maka dimunculkanlah pancasila.

Lagi pula jika dikembalikan secara semantik pancasila lebih banyak berasal dari bahasa islam daripada yang lain. Maka meminjam penafsiran islam dalam memahami sila 1 sd 5 itu sangat mungkin dan umat islam tidak perlu berkecil hati untuk mengisi makna pancasila dengan pemaknaan islam. Jika muslim memenuhi janji kesepakatannya, konsisten berislam dan memberi makna pancasila secara islami maka pancasila akan menjadi sangat islami dan tidak bertentangan dengan Islam. Tetapi jika pancasila dijauhi, tidak diisi dengan makna islam dan umat islam menjauh dari islam maka akan sangat sekuler nantinya dan umat islam sendiri pun alergi sebagaimana alergi kepada P4.

Tugas kita sekarang adalah menguasai negera ini untuk bisa memberikan makna islam secara leluasa terhadap pondasi dasar negara. Dengan itu maka akan terbangun suasana pancasilais yang islami. Orang orang sekuler berebut kuasa atas negara ini dan menggunakan kekuasaannya untuk menafsir secara tunggal pancasila, kemudian memaksakan kepada rakyat untuk mengikutinya.

Mari kita rebut kekuasaan Indonesia jangan sampai jatuh ke tangan kaum sekuler. Karena penguasa dipercaya memiliki otoritas menafsiri Pancasila, dan penguasa memiliki otoritas memberlakukan penafsirannya. (*)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.