Kisah Cinta Bung Karno dan Inggit yang Inspiratif

Kisah Cinta Bung Karno dan Inggit yang Inspiratif
Jakarta, Obsessionnews – Ir. Sukarno yang kemudian populer dengan nama Bung Karno dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Beragam acara diselenggarakan masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air untuk merayakan 114 tahun kelahiran Presiden pertama Republik Indonesia itu. Masyarakat Indonesia mengenang jasa-jasanya yang begitu besar dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda dan Jepang. Bung Karno tokoh yang kharismatik yang mampu mempersatukan penduduk dari Sabang sampai Merauke. (Baca: Guruh: Orba Sengaja Kubur Fakta tentang Bung Karno) [caption id="attachment_43454" align="alignleft" width="315"]Orator ulung. Orator ulung.[/caption] Bung Karno dikenal sebagai orator ulung. Di saat dia berpidato dengan berapi-api, rakyat menyimaknya dengan penuh antusias. Dia mengklaim dirinya sebagai Penyambung Lidah Rakyat. (Baca: Guruh Ungkap Bung Karno Lahir di Surabaya) Atas berbagai jasanya itu Bung Karno diangkat menjadi pahlawan nasional dalam masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Berbicara tentang Bung Karno rasanya kurang afdol jika tak menyinggung wajahnya yang ganteng dan kisah cintanya dengan sejumlah wanita. Salah satu kisah cinta Bung Karno ditulis oleh Ramadhan KH yang berjudul Kuantar ke Gerbang. Buku ini terbit pada tahun 1980-an. [caption id="attachment_43458" align="alignright" width="208"]Bung Karno dan Inggit Ganarsih. Bung Karno dan Inggit Ganarsih.[/caption] Roman sejarah ini mengisahkan kisah cinta Bung Karno dan Inggit Ganarsih. Inggitlah yang berperanan besar dalam kehidupan Bung Karno. Waktu kuliah di Bandung Bung Karno indekos di rumah Inggit. Inggit berusia lebih tua dari Bung Karno dan telah bersuami, namun tidak punya anak. Inggit seorang pedagang yang ulet, sedangkan suaminya pengangguran dan banyak menghabiskan waktu di warung kopi. Karena tidak ada kecocokan Inggit kemudian menceraikan suaminya. Setelah resmi menyandang status janda, Inggit lebih gencar bekerja dan menjadi ibu kos yang baik bagi Bung Karno. Ia lalu menikah dengan Bung Karno tahun 1923. Saat itu Inggit berusia 33 tahun, sedangkan Bung Karno berusia 20 tahun. Inggit banyak membantu biaya kuliah Soekarno hingga berhasil menjadi insinyur. [caption id="attachment_43461" align="alignleft" width="360"]Bung Karno dan Fatmawati. Bung Karno dan Fatmawati.[/caption] Sebelum menikah dengan Inggit, Bung Karno pernah menikah dengan Oetari Tjokroaminoto, puteri HOS Tjokroaminoto, yang kemudian diceraikan. Inggit isteri yang setia dan tak henti-hentinya memberikan semangat pada Putera Sang Fajar itu dalam perjuangan memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda. Inggit dengan penuh kesetiaan dan kesabaran mengikuti suaminya ke berbagai tempat pengasingan, karena Belanda menilai Bung Karno sosok yang berbahaya dan harus dibuang ke daerah-daerah terpencil. Salah satu tempat pengasingan Bung Karno adalah Bengkulu. Di Bengkulu, Bung Karno bersama Inggit dan anak angkatnya, Ratna Djuami, tinggal di rumah Hassan Din, tokoh Muhammadiyah. Hassan Din mempunyai seorang puteri yang ayu, Fatmawati. Semula Inggit menganggap Fatmawati sebagai anaknya, tapi lama-kelamaan ia curiga melihat keakraban Fatmawati dan Bung Karno. [caption id="attachment_43462" align="alignright" width="318"]Bung Karno bersama Fatmawati, Guruh, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Bung Karno bersama Fatmawati, Guruh, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.[/caption] Suatu ketika Inggit memergoki Bung Karno dan Fatmawati berpacaran di pantai. Setelah kejadian tersebut Bung Karno berterus terang kepada Inggit, bahwa ia ingin menikahi Fatmawati, karena ingin punya anak. “Ceraikan aku!” kata Inggit. Dia tak mau dimadu. Inggit dan Bung Karno kemudian bercerai. Selanjutnya Bung Karno menikahi Fatmawati tahun 1943. Dari perkawinannya dengan Famawati itu Bung Karno dikaruniai ima anak, yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, dan Bung Karno menjadi Presiden. Inggit tidak ikut merasakan menikmati kesuksesan Bung Karno, tapi ia bersyukur telah mengantarkan seorang putera terbaik bangsa Indonesia mencapai gerbang kesuksesannya. Novel itu sungguh menyentuh kalbu dan inspiratif. Inggit telah mengorbankan segala-galanya untuk Bung Karnodan ia tidak mengharapkan balas jasa. Inggit dengan ikhlas telah mengantarkan Bung Karno ke gerbang kesuksesan. (Arif RH)