Sabtu, 20 April 24

Jelang Pencoblosan, Sejumlah Ponpes Liburkan Santri Asal Jakarta

Jelang Pencoblosan, Sejumlah Ponpes Liburkan Santri Asal Jakarta
* (Ilustrasi) Potret santri saat peringatan Hari Santri 2016.

Ponorogo, Obsessionnews.com – Konstelasi politik ibu kota yang menghangat tak cuma dirasakan warga Jakarta. Itu sudah mulai terlihat saat digelarnya Aksi Bela Islam 411 dan 212 beberapa waktu lalu.

Ribuan santri dari berbagai pondok pesantren di Ciamis, bahkan, rela melakukan long march menuju ibu kota untuk turut berpartisipasi dalam Aksi Bela Islam 212. Mereka bertolak sejak Masjid Agung Ciamis, pada Senin (28/11/2016) dan menempuh jarak sekitar 300 kilometer untuk tiba di Jakarta.

Mereka bergabung dengan para peserta aksi dari berbagai daerah untuk menuntut Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diproses hukum secara adil. Para peserta umumnya menilai Ahok telah melakukan penistaan agama sehingga pantas untuk diberikan hukuman penjara.

Kali ini, jelang perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, para santri kembali turut berpartisipasi. Caranya, para santri yang berasal dari Jakarta dan memiliki hak pilih, pulang dari pondok pesantrennya untuk memilih salah satu pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Rabu (15/2/2017).

Partisipasi para santri tersebut mendapat dukungan dari pondok pesantren, tempat mereka menuntut ilmu. Satu di antara pondok pesantren tersebut adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG).

Menurut Direktur KMI Gontor, KH Masyhudi Shobari, diliburkannya para santri merupakan cara partisipasi PMDG dalam kehidupan demokrasi dan bernegara. Tak hanya santri, PMDG juga meliburkan semua guru atau ustadz yang berasal dari Jakarta untuk menyukseskan Pilkada DKI 2017.

“Hasil musyawarah Pimpinan Gontor, santri/guru Gontor semua kampus diizinkan pulang 13-16 Februari 2017 untuk Pilkada DKI. Waffaqonallah jami’an lima yuhibbu wayardho,” ungkap KH Masyhudi Shobari seperti dilansir Gontornews.com, Kamis (9/2/2017).

KH Masyhudi menegaskan, meski pihaknya fokus di bidang pendidikan, namun PMDG tetap memperhatikan perkembangan politik nasional. Terbukti, Presiden RI Indonesia mulai dari era Soeharto hingga Joko Widodo pernah sowan ke pondok pesantren yang terletak di Ponorogo tersebut.

Namun demikian, Pimpinan Gontor memastikan bahwa politik praktis bukan orientasi mereka. Bagi Gontor, pendidikan adalah politik tertinggi.

“Gontor tidak berpolitik praktis karena Gontor adalah lembaga pendidikan,” ungkap Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, dalam setiap ceramahnya. “Politik tertinggi adalah pendidikan,” tambahnya.

Seperti Gontor, pondok pesantren Tebuireng juga menyerukan para santrinya untuk bergerak ke Jakarta. Seruan itu utamanya berasal dari KH Ahmad Mustain Syafiie saat khutbah Jumat di Masjid Pesantren Tebuireng, pada 3 Februari 2017. Belakangan, seruan pakar tafsir Al-Quran Pesantren Tebuireng itu beredar luas di media sosial.

“Murni sebagai khotib saya mengingatkan, santri asal DKI yang sudah punya hak pilih, pulanglah. Gunakan hak pilih. Izin pada lembaga,” tuturnya.

Memilih pemimpin, Kata Kiai Tain, termasuk bagian dari agama. “Muslim, wajib memilih pemimpin muslim. Menggunakan hak pilih, juga termasuk bagian bela negara. Sekaligus wujud cinta tanah air,” tandasnya.

“Kita sama-sama sudah melihat yang keluar dari mulutnya, yang tersimpan dalam hatinya jauh lebih besar. Jauh lebih besar,” ucapnya mengutip QS Ali Imran 118. (Fath)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.