Kamis, 25 April 24

Jelang 2 tahun Pilpres, Pertamina Jadi ATM Politik

Jelang 2 tahun Pilpres, Pertamina Jadi ATM Politik

Oleh: Arief Poyuono,  Wakil Ketua Umum Partai Gerindra

Pencopotan Dirut dan Wadirut Pertamina terlalu transparan dan tidak main cantik oleh Joko Widodo, sangat kental adanya sejumlah agenda besar oleh sekelompok mafia migas yang dahulu menjadi benalu di Pertamina dan sekarang hampir dikatakan tidak bisa berkutik setelah Petral dibubarkan.

Sangat jelas Joko Widodo kelihatannya mulai terpancing untuk menjadikan BUMN Pertamina sebagai ATM politik persiapan majunya Joko Widodo dalam Pilpres 2019 dengan mengunakan usulan para mafia migas yang mengiming-imingi agar bisa mendapatkan dana persiapan Pilpres.

Masih ingat kan apa pun dari pengakuan Mohamad Reza dalam kasus papa minta saham akan adanya dana bantuan dari Mohamad Reza untuk operasi pemenangan Joko Widodo di Papua.

Nah, tentu saja bukan makan siang gratis akan sumbangan dana yang sudah diberikan Mohamad Reza, setelah dua tahun dianggap cukup Mohamad Reza tiarap untuk tidak bersentuhan dengan Pertamina dan mencari momen saat panasnya Pilkada DKI Jakarta. Sehingga untuk mencopot Dirut dan Wadirut Pertamina tidak akan menarik atensi publik.

Sangat aneh dalam dua tahun terakhir dengan jatuhnya harga minyak dunia, banyak national oil corporation (NOC) yang merugi hingga melakukan PHK kepada karyawannya. Namun, Pertamina yang merupakan NOC Indonesia justru bisa bertahan dan menghasilkan keuntungan karena kinerja jajaran marketing dan hilir yang sangat baik, meski banyak kebijakan Dirut Pertamina yang banyak menghilangkan revenue dan profit opportunity, seperti membeli perusahaan minyak Perancis yang kinerja Keuangan dalam keadaan sangat rugi dan banyak outstanding .

Saya mengingatkan agar Presiden Joko Widodo jangan masuk dalam jebakan para mafia migas yang mengiming-imingkan dana persiapan Pilpres 2019 dengan menjadikan Pertamina sebagai ATM politik. Sebab, program kedaulatan energi yang ditargetkan Joko Widodo akan gagal total.

Untung saja, RUPSLB minggu lalu yang kental saling tarik menarik kepentingan antara kelompok mafia migas dan kelompok Pertamina nasionalis, dan untungnya Joko Widodo tidak langsung mengangkat Dirut baru secara definitif. Karena, di akhir Joko Widodo mendapatkan masukan dari seseorang akan adanya kelompok mafia migas era SBY akan merongrong Pertamina dengan meyodorkan calonnya.

Akhirnya, Presiden mengangkat Plt Dirut Pertamina dari legacy Pertamina yang tadinya sebagai direktur Gas di Pertamina, untuk mengambil jalan tengah. Untungnya, Plt Dirut Pertamina yang diangkat juga merupakan sosok yang punya kinerja dan kemampuan yang bagus di Pertamina.

Tetapi yang sangat disayangkan seorang Ahmad Bambang yang mendapatkan penghargaan dari Joko Widodo sebagai the best Direktur di BUMN tahun 2016 harus ikut dicopot. Padahal, kinerjanya di jajaran pemasaran dan hilir sangat baik dan meyebabkan Pertamina meraih keuntungan di saat bisnis MIGaS redup di dunia.

Karena itu, saya imbau agar karyawan Pertamina juga harus berani menolak akan adanya usaha usaha penempatan orang orang di jajaran Direksi dan Komisaris yang akan menggerogoti Pertamina. Karena itu harus kompak dan berani untuk menolaknya. (***)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.