Rabu, 24 April 24

Inspirasi dari Santri Ciamis

Inspirasi dari Santri Ciamis
* Aksi Bela Islam 212 di Monumen Nasional (Monas) dan jalan protokol di Jakarta,(Foto: Edwin B/Obsessionnews.com)

Oleh: Dr Rinaldi Munir, Dosen Teknik Informatika ITB

Aksi damai tanggal 2 Desember 2016 yang lalu (selanjutnya disebut aksi 212) di kawasan Monas Jakarta menyisakan cerita yang sangat menggugah. Seperti yang kita baca di media, aksi ini terkait dengan kasus hukum yang dilakukan oleh Gubernur nonaktif Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, berupa tuduhan penistaan kitab suci. Lautan manusia memadati kawasan Monas hingga ke kawasan sekitarnya sampai ke Bundaran HI untuk mengikuti doa dan istighasah hingga sholat Jumat bersama. Saya memprediksi jumlah jamaah yang mengikuti aksi ini jutaan orang, persisnya berapa saya kurang tahu. Wallahu alam.

Belum pernah terjadi di negeri ini jutaan orang berkumpul di suatu tempat pada waktu yang sama. Semuanya datang tanpa disuruh, tanpa dipaksa, datang dengan kesadaran sendiri karena merasa terpanggil untuk membela al-Quran.

Jumlah jamaah yang datang berlipat dua dibanding aksi sebelumnya pada tanggal 4 November 2016. Mengapa jamaah yang datang luar biasa sekali banyaknya? Padahal semula diprediksi jumlah jamaah yang datang tidak akan sebanyak itu, mungkin lebih sedikit dibandingkan aksi tanggal 4 November. Beberapa tokoh agama maupun ormas keagamaan bahkan menyarankan tidak perlu lagi melakukan aksi damai tersebut. Namun peristiwa menjelang tanggal 2 Desember 2016 telah menggerakkan rasa emosional dan sentimen keagamaan seseorang untuk datang ke Monas. Peristiwa apakah itu? Itulah aksi longmarch para kiai dan ratusan santri dari Ciamis, Jawa Barat, yang menggerakkan orang untuk datang ke Monas.

Beberapa hari sebelum tanggal  2 Desember 2016, kepolisian melarang semua PO bus untuk membawa massa aksi damai 212 datang ke Jakarta. Jika dilanggar, maka izin trayeknya dicabut. Karena takut, maka banyak PO bus yang tidak bersedia membawa peserta aksi damai ke Jakarta. Namun, tiadanya bus yang membawa ke Jakarta tidak menyurutkan kaum santri dari Kabupaten Ciamis untuk datang. Jika tidak bisa datang dengan kendaraan, maka berjalan kaki adalah pilihan terakhir yang dipilih. Jarak 300 km dari Ciamis ke Jakarta akan ditempuh dengan berjalan kaki. Maka, mulailah ribuan santri dengan dipimpin oleh para kiainya berjalan kaki dari masjid Agung Ciamis. Koran Pikiran Rakyat (dan beberapa media daring lainnya) memberitakan aksi heroik ini sehingga menyebar secara cepat di dunia maya.

Tidak banyak media arus utama yang memberitakan longmarch Camis ini, tapi kekuatan media sosial tidak dapat dibendung untuk memberitakan apa adanya tanpa diplintir atau dibelokkan. Dan apa yang terjadi? Sepanjang jalan yang dilewati dari Ciamis hingga ke daerah-daerah lainnya di Jawa Barat ribuan warga menyambut mereka. Warga berbaris sepanjang jalan menyediakan makanan, minuman, sandal, sepatu, dan kebutuhan lain untuk para santri yang mereka sebut mujahid itu. Makanan dan minuman begitu melimpah di sepanjang jalan. Warga berlomba-lomba menyodorkannya kepada para santri itu sehingga mereka pun kewalahan untuk menerimanya. Sambutan  warga itu…Masya Allah…. begitu tulus dan ikhlas. Banyak warga yang menangis sepanjang jalan yang dilewati para santri. Orang-orang yang datang menyaksikan tidak mampu menyeka air matanya. Air mata mengalir tak terbendung  melihat perjuangan para santri yang tidak pantang menyerah datang ke Jakarta dengan berjalan kaki.

Deny Suwardja, seorang warga Garut, menuliskan kesaksiannya yang sangat mengharukan di akun Facebook-nya ketika para santri itu sampai di Malangbong, Garut, seperti ditulis di dalam situs Hidayatullah pada tulisan ini: Sebuah Kesaksian: Gerimis Air Mata di Malangbong. Ah, andaikan saya hadir di sana, mungkin mata saya pun akan meleleh melihat dan merasakannya. Semangat ukhuwah islamiyah begitu sangat terasa. Belum pernah saya menyaksikan persaudaraan Islam begitu kuat dan syahdunya selama hidup ini.

Sebagian orang yang tidak suka kemudian mencibir dan meremehkan aksi longmarch itu. Namun hal yang tidak diprediksi adalah kekuatan media sosial mampu membalikkan logika. Foto  dan berita longmarch santri Ciamis yang beredar di media sosial telah  menggetarkan dan menggugah emosi banyak orang sehingga memicu rasa kebergamaan paling dalam. Orang-orang yang semula tidak berniat hadir ke Monas akhirnya tergugah hatinya dan memutuskan untuk datang ke aksi damai. Longmarch santri Ciamis telah menyebabkan efek domino sehingga menggerakkan massa lainnya datang berjalan kaki. Orang-orang yang biasa-biasa saja dalam beragama dan terbiasa sangat logis berpikir tiba-tiba mengambil keputusan untuk datang ke Monas setelah membaca perjuangan kaum santri Ciamis itu.

Jadi, bolehlah saya menduga-duga, apa yang menyebabkan jutaan orang datang ke Monas tanggal 2 Desember kemarin? Salah satu sebabnya adalah karena tergerak hatinya oleh para santri dan kiai yang longmarch dari Ciamis itu. Ya, kaum santri pejalan kaki dari Ciamis telah memberi inspirasi kepada banyak orang sehingga akhirnya anda melihat foto epic pada gambar pertama di atas.

Sebuah foto pada aksi damai 212 menggambarkan shaf terdepan pada sholat Jumat di Monas dibiarkan kosong karena dipersiapkan untuk santri Ciamis yang datang sebelum sholat Jumat dimulai.

Dan, tahukah anda? Aksi warga Jawa Barat sepanjang jalur Ciamis hingga Jakarta yang  menyediakan kebutuhan logistik (makanan, minuman, dll) kepada para peserta longmarch mungkin ikut menginspirasi banyak orang di Jakarta pada hari H, yaitu pada tanggal 2 Desember 2016. Orang-orang menjadi sangat dermawan dan rela berkorban apa saja. Niatnya satu, karena Allah. Mulai dari malam Jumat hingga siang tidak henti-hentinya orang-orang menawarkan makanan, minuman, sandal, sajadah, colokan listrik untuk cas batere HP, dll kepada peserta aksi damai. Makanan dan minuman datang berlimpah, sampai-sampai peserta aksi damai sudah kehabisan cara untuk menolak makanan yang ditawarkan karena sudah kenyang. Yang mengharukan, sampai-sampai ada pedagang roti yang menggratiskan dagangannya, dan masya Allah, Tuhan menggantinya dengan rezeki yang tak terduga.

Terima kasih kepada santri Ciamis, langkahmu telah tercatat dalam sejarah ukhuwah dahsyat yang tidak akan terlupakan. Alangkah indahnya. (*)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.