Sabtu, 20 April 24

Hendrar Prihadi: Konsep SMART dan Saleh Sang ‘Role Model’

Hendrar Prihadi: Konsep SMART dan Saleh Sang ‘Role Model’
* Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Obsessionnews.com – Meski belum cukup satu tahun memimpin Kota Semarang, nama Hendrar Prihadi, SE, MM bisa dibilang ‘cetar membahana’. Apalagi ukurannya kalau bukanlah capaian prestasinya yang luar biasa. Pria yang lebih akrab disapa Hendi ini membuktikan bahwa kerja cepat dan kerja cerdas mampu menghasilkan output maksimal.

Penghargaan sebagai kepala daerah terbaik dalam hal pelayanan publik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Revolusi Birokrasi (Kemenpan RB), menjadi salah satu buktinya.

Kota Semarang pada 2016 meraih skor tertinggi se-Indonesia, yaitu 89,65 poin, soal pelayanan publik di tanah air. Alhasil, Magister Manajemen dari Universitas Diponegoro ini pun digadang-gadang sebagai role model bagi kepala daerah lainnya dalam hal pelayanan publik.

Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Revolusi Birokrasi, Asman Abnur, pada kegiatan ‘Pemberian Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik dan Workshop Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik’ di kantor Kemenpan RB, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Hendi berdalih, kunci suksesnya dalam hal pelayanan publik selama ini adalah karena adanya penerapan konsep SMART yang dijabarkan menjadi Systemic (terhubung sistem), Monitorable (terbuka dapat dimonitor), Accessible (dapat diakses kapan saja dan dimana saja), Reliable (berkomitmen penuh sehinggah dapat dipercaya), dan Time Bound (menetapkan batasan waktu pada setiap bentuk pelayanan). Konsep SMART inilah yang kemudian ditawarkan Hendi untuk diadopsi dan diterapkan oleh pemerintahan kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Terkait hal itu, pada sejumlah kesempatan, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah (DPRD Jateng) ini kerap mengatakan jika pelayanan publik yang baik harus dilakukan dengan upaya reformasi birokrasi dan harus disertai dengan upaya revolusi birokrasi.

“Percuma saja kalau sistem pelayanan publiknya diubah tetapi budaya pelayanan publiknya masih sama,” ungkap Wali Kota yang baru menjabat sejak 17 Februari 2016 itu.

“Dalam catatan saya setidaknya ada 4 faktor yang mengakibatkan pelayanan publik tidak berjalan dengan baik, yaitu karena masyarakatnya apatis, pejabatnya oportunis, pemerintahnya normatif, dan pelayanannya represif. Sehingga hal-hal itulah yang harus kita ubah,” imbuhnya.

Sebelumnya, Hendi juga mendapatkan tanda kehormatan Parasamya Purnakarya Nugraha dari pemerintah pusat pada 25 April 2016. Penghargaan yang diserahkan secara langsung oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla itu merupakan pengakuan pemerintah pusat atas prestasi dan kinerja terbaik Pemkot Semarang di bawah kepemimpinan Hendi selama tiga tahun berturut-turut dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana mengacu pada hasil evaluasi terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2012, 2013 dan 2014.

Penghargaan ini merupakan hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) yang dilakukan secara terukur dengan melibatkan beberapa Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian terhadap Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk memotret kinerja penyelenggaraan Pemda terutama dari aspek Manajemen Pemerintahan.

“Penghargaan ini menjadi pengingat untuk saya dan rekan-rekan di Pemerintahan Kota Semarang bahwa pentingnya bekerja sebagai sebuah tim, kesejahteraan rakyat bukan hanya ditentukan oleh satu orang, ini tanggung jawab bersama. Penataan birokrasi yang akan terus saya lakukan agar pemerintah Kota Semarang dapat terus berbenah,” ujarnya.

Di penghujung 2016, sederet penghargaan bahkan diraih Hendi. Salah satunya adalah penghargaan dari Markerteers Award pada kategori Pejabat Publik. Penghargaan ini melengkapi 7 penghargaan lain yang diterima Kota Semarang sejak 29 November sampai dengan 8 Desember 2016 dalam berbagai event, yaitu Indonesia Smart Nation Award (Smart City), Ombudsman RI (predikat kepatuhan tinggi pelayanan publik), KIP Jateng (tata kelola informasi publik), Pemeringkatan Indeks Kepariwisataan, Indonesia Road Safety Award, Jateng Naik Kelas 2016 (penguatan pelayanan publik), dan Kota Peduli Hak Asasi Manusia.

Sejumlah penghargaan di atas, nyatanya, hanyalah sebagian dari deretan panjang prestasi yang telah diraih Hendi. Sebelumnya, Hendi bahkan pernah menyabet penghargaan sebagai wali kota terbaik di dunia pada tahun 2014. Lengkapnya, pada tiga tahun lalu, Europe Business Assembly di Italy Socrates Award menetapkan Kota Semarang sebagai kota terbaik (best city) dan wali kota terbaik (best city manager) untuk kategori Dynamic Growth City. Raihan prestasi individu lainnya juga diraih Hendi yang ditetapkan sebagai kepala daerah terbaik kategori pengelolaan pesisir (coastal management).

 

Tersaleh Pertama di Indonesia

Ada ungkapan menarik yang dituturkan Hendi dalam sambutannya pada upacara HUT RI ke-69 di halaman Balai Kota Semarang. Ia mengatakan bahwa kemerdekaan dan kebebasan yang dinikmati saat ini, bukanlah hadiah yang jatuh dari langit atau “wehwehan” dari negara lain, melainkan rahmat dari Allah Swt.

“Makanya, pembangunan di Kota Semarang sudah on the right track,” katanya.

Ya, bagi seorang kepala daerah yang telah meraih banyak prestasi gemilang, pernyataan Hendi tersebut sangatlah ‘down to earth’. Hendi tetap santun dalam mengekspresikan kegembiraannya meraih prestasi. Secara tegas ia menempatkan Allah Swt. sebagai ‘oknum’ yang paling berjasa atas keberhasilannya selama ini.

Menilik sikapnya itu, maka tak aneh jika Hendi pun dinobatkan sebagai kepala daerah tersaleh pertama di Indonesia. Hendi dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Pejabat yang Saleh Berjamaah secara berkesinambungan di Masjid Terbanyak. Penghargaan diserahkan langsung oleh pendiri Muri, Jaya Suprana dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Galeri Muri di Semarang pada Jumat, 27 Januari 2017 lalu.

Prestasi yang disematkan MURI berdasarkan kiprah Hendi yang gemar melaksanakan shalat berjamaah di masjid-masjid kampung yang ada di Kota Semarang. Bagi Hendi, selain untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, shalat berjamaah itu merupakan kegiatan rutin yang dilakukannya untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat. [] Imam Fathurrohman

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.