Jumat, 19 April 24

Ekonomi Terbatas Tak Surutkan Obsesi Anggi Jadi Diplomat

Yogyakarta, Obsessionnews.com – Keterbatasan ekonomi orangtuanya tak menyurutkan semangat Anggita Veronica Marthin untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Kecemerlangan otaknya mengantarkannya diterima di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta tahun ini. Gadis yang berobsesi menjadi diplomat ini diterima di UGM melalui program Bidikmisi (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi).

Sejak duduk di bangku SMP, Anggi, panggilan akrabnya, bercita-cita untuk menjadi seorang diplomat. Namun, bukan hal yang mudah baginya untuk meniti jalan menuju impiannya itu, terutama karena ayahnya yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) 10 tahun yang lalu, sehingga tidak lagi memiliki penghasilan yang tetap untuk menghidupi keluarganya dan membiayai pendidikan anaknya.

Dengan penuh semangat Anggi menceritakan keinginannya untuk melanjutkan studi di jurusan Ilmu Hubungan Internasional UGM sebagai jalan untuk mencapai impiannya menjadi seorang diplomat. Ia mengaku memang menyenangi dunia politik serta isu-isu internasional. Minatnya terhadap bidang ini semakin tak terbendung setelah ia merasakan atmosfer berada di tengah orang-orang asing saat mengikuti program pertukaran pelajar.

Anggi mengungkapkan, sejak SMP ia menyukai hubungan internasional.

Saya makin lama makin terinspirasi ingin kerja di kedutaan, ingin pekerjaan yang berhubungan dengan orang-orang asing. Bahkan, semua teman sekelas saya tahu kalau saya mau ke HI,” ujar Anggi saat ditemui di rumahnya di kawasan Tiban Kota Batam seperti dikutip dari keterangan tertulis UGM, Rabu (21/6/2017).

Berbagai cara dilakukan oleh anak bungsu dari pasangan Alfred Marthin dan Marline ini untuk dapat menggapai impiannya tersebut. Di kalangan teman-temannya, Anggi memang dikenal sebagai siswa yang rajin dan ambisius. Hal ini telah tampak sejak ia mengikuti seleksi untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Berbagai proses seleksi yang ketat dan memakan waktu yang tidak sebentar ia jalani dengan tekun hingga akhirnya ia terpilih untuk berangkat dengan beasiswa penuh dari pemerintah Amerika Serikat.

Kegigihan ini ditunjukkan pula ketika ia menetapkan hati untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia terus berusaha meraih berbagai prestasi dan nilai yang memuaskan demi mencari cara agar ia bisa tetap kuliah di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya.

“Saya datang ke guru BK di sekolah, saya tanya apakah ada beasiswa untuk yang tidak mampu, lalu dibilang jangan khawatir, ada beasiswa bidikmisi. Maka, setelah itu saya dan beberapa teman mendaftar Bidikmisi,” kisah Anggi.

Keinginan Anggi pun terwujud ketika ia menerima pengumuman bahwa ia diterima untuk kuliah di UGM dengan besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) 0. Hal ini semakin membuatnya yakin bahwa ia dapat mencapai cita-cita dan membuatnya bertekad untuk menggunakan kesempatan yang ia miliki dengan baik dan terus bisa meraih prestasi yang dapat membanggakan kedua orang tuanya.

“Saya sudah mulai ikut kuliah-kuliah gratis di internet dan mulai mencari-cari jurnal serta belajar tentang MUN karena katanya nanti di HI akan seperti itu,” kata Anggi.

Harapan Orang Tua

Alfred Marthin mulai berkaca-kaca ketika ia berkisah tentang semangat anak bungsunya dalam menuntut ilmu. Dengan bangga pria berusia 58 tahun ini menceritakan bagaimana Anggi tak henti membuatnya bangga dengan berbagai prestasi yang ia raih sejak duduk di bangku SMP hingga SMA.

“Saya lihat Anggi ini, dia memang kutu buku. Minat dia untuk belajar ke depan ini tinggi sekali dan ditunjang dengan prestasi dia. Ini jadi kebanggaan kami sebagai orang tua,” ucap Alfred.

Dukungan Alfred untuk Anggi pun tidak main-main. Ia rela menjual harta benda yang ia miliki agar anak bungsunya ini dapat memperoleh pendidikan yang terbaik dan mampu mengejar cita-citanya. Rumah yang ia miliki pun akhirnya harus dijual untuk membekali Anggi yang beberapa tahun yang lalu mengikuti pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Sejak di-PHK 10 tahun yang lalu, mantan pegawai kontrak bagian perkapalan di Pertamina ini memang hanya bekerja serabutan. Usia yang sudah lanjut serta penyakit yang sempat ia derita membuatnya tidak lagi bisa bekerja seperti sedia kala.

“Semenjak 2006 ya saya hanya freelance, sempat kerja di PT tapi saat ini sudah bangkrut. Dengan umur saya yang sekarang ini ya sudah sulit, saya ini kan tidak ada skill apa-apa. Sekarang ini ya istilahnya tambal sulam, cari hari-harian saja,” tuturnya.

Dalam kondisi seperti ini, memikirkan biaya yang harus dikeluarkan jika Anggi meneruskan pendidikan ke universitas menjadi beban pikirannya. Di balik rasa bangga dan kekaguman akan tekad kuat anaknya, terbersit kesedihan karena dia mungkin tidak dapat mewujudkan impian Anggi.

“Saya sebagai orang tua pun merasa bersalah sama dia, kenapa waktu dulu saya masih bekerja dia belum sampai ke jenjang itu. Kalau memang tidak berhasil ya apa boleh buat, tidak bisa apa-apa lagi. Kami hanya bisa mendoakan dan berusaha bagaimana cita-cita dia itu tercapai,” kata Alfred.

Karena itu, rasa haru tak dapat ia bendung ketika mengetahui bahwa Anggi akhirnya dapat berkuliah dengan menerima beasiswa Bidikmisi. Baginya hal ini adalah jawaban dari doa-doa yang senantiasa ia naikkan bagi anaknya.

“Sekarang ini kami lagi mencari sedikit-sedikit rezeki untuk dia modal berangkat bulan Agustus. Harta benda kami sebagai orang tua yang terakhir sudah dilepas. Inilah bagaimana kami berusaha untuk dia ke depannya,” ucapnya.

Ia pun mengungkapkan harapan agar usaha yang dikerjakan Anggi selama ini tidak sia-sia, dan suatu hari nanti anaknya tersebut dapat menjadi diplomat yang sukses dan bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

“Saya kemarin melihat di koran ada diplomat perempuan asal Indonesia yang hebat sekali, inginnya anak saya juga suatu saat bisa jadi seperti itu. Semoga dia bisa berhasil untuk keluarga, orang tua, untuk dia pribadi dan untuk negara,” pungkas Alfred. (UGM/arh)

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.