Ambon, Obsessionnews.com – Presiden Jokowi secara mendadak memutuskan meninjau proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, setelah mendengar laporan dari DPRD setempat bahwa proyek tersebut mangkrak.
Proyek PLTU sudah dibangun sejak tahun 2010, namun hanya 4 tahun berselang kemudian mangkrak di tengah jalan, akibat tak dikerjakan sebagaimana mestinya. Rencananya proyek ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat setempat dengan kapasitas 2×15 MW.
“Kondisi kebutuhan itu sangat mendesak, tetapi tadi malam disampaikan bahwa memang sudah ada pembangunan, tetapi mangkrak sudah 6 tahun. Sebab itu saya pagi tadi memutuskan untuk melihat seperti apa kondisinya,” ungkap Jokowi kepada wartawan di lokasi, Kamis (9/2/2017).
Jokowi mengungkapkan ada pihak tertentu yang mencoba menutup-nutupi sehingga tak diketahuinya, akan tetapi informasi sudah ia dapatkan dari berbagai sumber. Sedari awal proyek ini dibangun dinilai sudah salah kaprah, karena seharusnya menggunakan geotermal sesuai potensi yang ada di daerah ini, bukan batubara.
“Yang jelas kalau di sini memakai batubara sudah gak benar, harus pakai geotermal karena potensi di sini ada, di Tulehu ada. Jadi memang saya belum tahu, saya gak banyak berkomentar dulu, tetapi inilah kondisinya yang ingin saya lihat,” tukas Presiden.
Setelah melihat langsung kondisi di lapangan, Presiden Jokowi belum menentukan langkah akan diambil pemerintah karena masih perlu mencari tahu secara pasti mengapa proyek ini bisa mengkrak. Apalagi saat ini proses hukum para pihak masih bergulir di pengadilan.
“Apakah bisa ini dilanjutkan tapi apakah proses hukumnya sudah rampung saya belum tahu saya akan cek dulu,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, proyek PLTU di Desa Waai ini merupakan satu dari 34 proyek listrik yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) yang mengalami mangkrak. Diduga merugikan keuangan negara dalam jumlah ratusan miliar rupiah.
“Biarkan pak menteri (ESDM) menjelaskan habis berapa ratus miliar kemudian keadaan seperti ini. Ini ada di 34 titik, salah satunya ini dan salah satu di Pontianak, ya di setiap provinsi pasti ada,” ungkapnya. (Has)
