Rabu, 24 April 24

Di Tangan Rusdi Rosman, Sayap Bisnis Semakin Terbentang

Di Tangan Rusdi Rosman, Sayap Bisnis Semakin Terbentang

PT Kimia Farma (Persero) Tbk kian berkibar ketika Rusdi Rosman didapuk sebagai Direktur Utama. Kiprah bisnis perusahaan farmasi milik negara yang berdiri sejak zaman Belanda ini pun mendunia dengan melebarkan sayap di sejumlah negara. Belum lagi pengembangan pabrik-pabrik baru yang gencar dibangun perseroan berkode emiten KAEF ini.

Mengawali karier dari bawah di industri farmasi sejak 26 tahun lalu, Rusdi berhasil menapaki puncak kariernya hingga menjabat Direktur Utama Kimia Farma pada 2012. Tak perlu memakan waktu lama, ia langsung berjibaku mengembangkan perusahaan, salah satunya dengan melakukan pembenahan mental dan kultur SDM yang diakuinya sebagai fondasi dan langkah awal untuk kemajuan sebuah perusahaan.

Rusdi menciptakan budaya kerja ‘5 AS’, yakni, kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras, kerja antusias, dan kerja tuntas, guna mendukung slogan dan budaya perusahaan ‘I CARE’ (Innovative, Customer First, Accountable, Responsible, dan Eco Friendly).

“Walaupun banyak pengembangan tapi kalau human resources-nya dan budayanya tidak bagus, itu mudah roboh. Kita membangun fondasi budaya kerja dan perusahaan ini sangat serius, melibatkan konsultan. Alhamdulillah saat ini sudah mulai terbangun budaya itu,” papar pria kelahiran Makassar, 8 Februari 1965 ini.

Berkat budaya kerja ‘5 AS’ itu, Rusdi berhasil menggenjot kinerja timnya sehingga menghasilkan pencapaian yang luar biasa. Adalah fakta beragam produk farmasi yang dihasilkan Kimia Farma menjadi obat yang paling banyak digunakan di seluruh penjuru negeri. Belum lagi produk jadi seperti kosmetik dan bahan baku obat telah dipasarkan ke lebih dari 10 negara Asia dan Eropa.

Kinerja kinclong juga dicetak Kimia Farma, per Desember 2016 (unaudited), emiten farmasi terbesar di Indonesia ini membukukan Laba bersih sebesar Rp 280 miliar, angka tersebut meningkat 11% bila dibandingkan dengan Laba bersih pada periode yang sama tahun 2015 yakni Rp 253 miliar.

“Karena sukses perusahaan ini bukan karena saya sendiri tetapi totalitas dari semua karyawan-karyawati Kimia Farma. Oleh karena itu, insyaallah tahun ini, kita akan membagikan bonus 7 bulan gaji kepada karyawan/i yang dalam sejarah disini belum pernah terjadi,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di California State University, San Bernardino USA.

Di bawah kepemimpinan Rusdi, Kimia Farma gencar melakukan berbagai pengembangan bisnis. Ia berhasil menambah jumlah apotek hingga 900 unit pada 2016, meningkat drastis dari tahun 2011 dengan 397 apotek.

“Dalam setahun kita mencetak rekor baru. Biasanya hanya 100, tahun lalu kita buat 175 apotek, saya optimis pertengahan tahun 2017 kita sudah punya 1.000 apotek. Sehingga target kita berikutnya membangun klinik dikisaran 1.000, yang diharapkan tuntas pada 2019,” tandas Rusdi.

Rusdi membeberkan, pihaknya memanfaatkan The power of brand. Jadi, bagaimana caranya brand Kimia Farma dipercaya sehingga para investor mau menanamkan asetnya untuk dibuat apotek dan klinik. Kimia Farma bahkan memiliki market share tertinggi di Indonesia dengan prosentase 32%.

Tak hanya itu, dalam waktu dekat ini Kimia Farma akan mengakuisisi 30 jaringan apotek di Arab Saudi milik DWAA LTD CO untuk memfasilitasi para jemaah haji dan umroh dari Indonesia sekaligus sebagai stepstone untuk memperluas distribusi produkproduk Kimia Farma ke pasar internasional.

“Februari ini kita masuk proses negoisasi dengan akusisi 60% saham. Kalau tidak ada halang rintang, Kimia Farma punya apotek di Arab, khususnya di Mekkah dan Jeddah. Kalau 30 apotek ini berhasil, kita akan tambah 40 apotek,” jelas Rusdi penuh semangat. Selain itu, Kimia Farma dan DWAA LTD CO juga akan membangun jaringan klinik hingga rumah sakit yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan.

Di bawah nakhoda Rusdi, Kimia Farma pun kembali mengukir sejarah baru. Berlokasi di Watudakon, Jawa Timur, Kimia Farma berhasil menyelesaikan pembangunan Pabrik Garam Farmasi Tahap I berkapasitas 2000 ton/tahun. Pabrik ini akan dilanjutkan beberapa saat lagi dengan pembangunan Pabrik Garam Farmasi Tahap II berkapasitas 4000 ton/tahun. Sehingga kebutuhan Indonesia terhadap garam farmasi sebesar 6000 ton/tahun dapat dipenuhi seluruhnya, yang berarti Indonesia tidak perlu lagi impor garam farmasi.

Dengan diproduksinya garam farmasi ini berarti secara langsung telah memenuhi Instruksi Presiden RI No 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi XI tentang Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Dalam waktu dekat, Pabrik Bahan Baku Obat Pertama di Indonesia yang telah dilaksanakan Groundbreaking pada tanggal 10 Oktober 2016 lalu juga akan segera beroperasi. Disusul dengan peresmian pabrik Rapid Test dimana bisa mendeteksi penyakit mulai dari sifilis, malaria, hepatitis B, dengeu, kehamilan, narkoba, hingga HIV yang diklaim belum dimiliki perusahaan lain, yang akan selesai pada 2017.

Melihat pasar kosmetik yang begitu besar di Indonesia, Kimia Farma akan membangun sebuah pabrik kosmetik besar di Banjaran pada tahun ini. Menyusul brand Marcks dan Salicyl yang menjadi best seller dan selalu mendapat Top Brand Award, Rusdi yakin divisi kosmetik Kimia Farma akan mampu bertumbuh hingga mencapai minimal 50%.

“Jika pabrik-pabrik tersebut sudah mulai beroperasi, paling lambat tiga tahun ke depan, Kimia Farma akan mampu meraih omset berlipat ganda. Ranking kita tahun lalu di industri farmasi kalau tidak salah ranking 6, tahun sebelumnya ranking 13. Kalau pabrik-pabrik tersebut jadi, saya yakin kita bisa ranking 4 atau 3,” ungkap pria humble dan murah senyum itu.

Ke depan Rusdi memiliki obsesi menjadikan Kimia Farma sebagai Global Health Care Company.

“Kita punya roadmap transformasi ‘Suitanable Gowth Health Care Company’ yang selesai di 2019. Insyaallah tercapai sebelum waktunya. kita juga sudah membuat roadmap baru 2017-2021, yakni ‘Global Health Care Company’. Saya sudah siapkan fondasi dan take off awalnya. Semoga penerus saya bisa melanjutkan roadmap yang saya buat,” pungkas peraih Indonesia Most Admired CEO 2016 Kategori Farmasi dari salah satu media nasional itu. (Men’s Obsession)

Artikel ini dalam versi cetak dapat dibaca di Majalah Men’s Obsession edisi Februari 2017.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.