Sabtu, 20 April 24

Bertemu Komunitas Muslim Rusia (Bagian 1)

Bertemu Komunitas Muslim Rusia (Bagian 1)
* Kang Aher bertukar kopiah dengan Mufti Rusia Sjeikh Tajuddin.

Menemui Mufti Rusia di Kota Ufa

 

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Kang Aher) 1-6 Agustus 2017 melakukan kunjungan ke Rusia. Selain menghadiri Festival Indonesia di Moskow, Kang Aher juga berkunjung ke Bashkortostan untuk menandatangani protocol Letter of Intent Kerjasama Sister Province dengan negara bagian yang mayoritas penduduknya muslim itu. Berikut penuturan Kang Aher kepada Redaksi Obsessionnews.com:

Kaifa haluk?” Apa kabar? Sapaan hangat dalam bahasa Arab itu disampaikan oleh Mufti Rusia Syeikh Talgat Safa Tajuddin ketika Gubernur Jabar Kang Aher bertemu di rumahnya di kota Ufa, ibukota Bashkortostan negara bagian federasi Rusia.

Ketika sapaan itu dijawab dengan bahasa Arab juga oleh Kang Aher, Syeikh Tajuddin agak terkejut. “Anda bisa bahasa Arab juga?” tanyanya.

Cuaca musim panas di kota yang terletak di Eropa Timur dan berbatasan dengan daratan Asia itu menambah hangatnya pertemuan kedua tokoh tersebut. Syeikh Tajuddin mengaku sudah banyak mendengar tentang Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Syeikh Tajuddin mengetahui bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat dan mengayomi pemeluk agama lainnya. Mereka ingin banyak belajar dari Indonesia bagaimana bisa hidup berdampingan dengan damai, walaupun agamanya berbeda.

Walaupun bermukim di luar kota Moskow yang menjadi ibukota Rusia –dua jam penerbangan– Syeikh Tagat adalah pemimpin Islam tertinggi di Rusia untuk masalah administrasi keagamaan. Sementara Dewan Mufti ada di Moskow.

Bashkortostan adalah salah satu negara bagian Rusia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dari sekitar 4.1 juta jumlah penduduknya, 60% diantaranya beragama Islam.

Dari total penduduk Rusia sebanyak 144 juta jiwa (2016), sekitar 30 juta orang (20%) di antaranya beragama Islam. Mereka tersebar di Tartastan, Chechnya, Bashkortostan, Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkaria dan Karachay –Cherkessia.

Berbeda dengan beberapa negara Eropa lainnya yang kebanyakan pemeluk Islamnya merupakan imigran dari Turki, Asia Selatan, Afrika dan Arab, umat Islam di Rusia adalah penduduk Asli. Mereka antara lain terdiri dari etnis Tartar, Bashkir dan ada juga yang berasal dari etnis Rusia.

Terbesar kedua

Islam di Rusia merupakan agama kedua terbesar setelah Kristen Ortodoks. Mereka adalah penganut Suni dengan madzhab Hanafi. Sebagian kecil ada yang bermadzhab Syafii seperti umat Islam di Indonesia. Beberapa aliran tarekat seperti Naqsyabandi dan Shazili juga mempunyai pengikut di sini.

Syeikh Tajuddin adalah seorang intelektual lulusan dari Universitas Al Azhar, Kairo di Mesir, karena itu sangat fasih berbahasa Arab, sehingga perbincangan dengan Kang Aher dapat berlangsung akrab dan lancar. “Rasanya ya seperti bertemu saudara sendiri,” ujar Kang Aher.

Sebagai kenang-kenangan Kang Aher dan Syeikh Tajuddin bertukar penutup kepala. Kang Aher memberikan peci khas Indonesia yang langsung dikenakan Syeikh Tajuddin. Sebaliknya Kang Aher mendapat kopiah khas Baskhortostan.

Ada kejadian menarik ketika Kang Aher mengenakan kopiah dalam posisi normal, Syeikh Tajuddin kemudian membantu membenarkan letaknya dengan posisi miring. Dalam tradisi mereka, posisi miring adalah tanda kedewasaan, terutama dalam berpikir.

Tak lama setelah berbincang waktu dhuhur tiba. Syeikh Tajuddin mengajak Kang Aher untuk shalat berjamaah di masjid. Walaupun perbedaan waktu antara Jakarta dengan Ufa hanya dua jam, namun di musim panas, Ufa mempunyai siang yang lebih panjang.

Maghrib di Ufa sekitar pukul 20.30, isya pukul 10.50 dan subuh pada pukul 02.00 pagi. “Waktu malamnya lebih pendek. Jadi habis shalat subuh kita tidur lagi.” Kata Kang Aher sambil tertawa.

Pada saat salat fardu berjamaah, masjid di kota Ufa dipenuhi oleh jamaah. Hampir separoh masjid terisi. Menariknya kebanyakan jamaah adalah anak muda.

Situasi ini agak mengejutkan Kang Aher. Sebab selama rezim komunis berkuasa, pada saat negara tersebut masih menjadi bagian dari Uni Soviet, Islam dan juga agama-agama lain mengalami represi luar biasa. Masjid-masjid banyak ditutup dan generasi mudanya dijauhkan dari Islam.

Setelah Soviet runtuh, sebagian merdeka dan sebagian lainnya memilih tetap bergabung dalam federasi Rusia. “Pada masa Presiden Putin kebebasan beragama dipulihkan. Masjid-masjid banyak didirikan,” ujar Syeikh Tajuddin.

Dari semula hanya ada 300 masjid, kini di seluruh Rusia terdapat 7500 masjid. “Di Bashkortostan saja setiap tahun 20-25 masjid berdiri,” tutur Aher mengutip Syeikh Tajuddin.

Menariknya bangunan masjid-masjid di rusia kebanyakan mengambil model Turki Usmani. Selain kubah dan menaranya yang banyak dan tinggi, terdapat dua mimbar untuk imam. Mimbar pertama yang tinggi di dekat tempat imam, digunakan untuk khutbah Jumat dan hari raya. Mimbar satunya digunakan untuk ceramah-ceramah atau kalau di Indonesia dipakai untuk pengajian.

Di Kota Ufa saat ini sedang di bangun sebuah masjid Agung “Salavat Yulayev” yang mempunyai kubah berlapis emas setinggi 46 meter, dengan empat menara setinggi 74 meter. Untuk Eropa masjid Agung Ufa mempunyai kubah tertinggi kedua setelah masjid Sulaimaniyeh di Istanbul yang memiliki kubah setinggi 53 meter.

Masjid yang dibangun sejak tahun 2007 dan selesai tahun ini, dapat menampung 3000 jamaah. Masjid juga dilengkapi dengan madrasah dan perpustakaan.

Dari beberapa masjid yang dikunjungi Kang Aher, semua menjadi pusat kegiatan umat Islam. Setelah shalat berjamaah, Kang Aher melihat beberapa jamaah yang antri untuk berkonsultasi masalah keagamaan dengan imam masjid.

Madrasah biasanya terletak di lantai bawah masjid, berupa ruang-ruang kelas. “Saya sempat meninjau ruang kelasnya. Sayang kelasnya sedang kosong karena libur musim panas.” ujar Kang Aher.

Dengan latar belakang keagamaan yang cukup kental seperti itu, Bakhortostan tidak berbeda jauh dengan kultur masyarakat Jabar yang sangat relijius.

Kerja sama kedua provinsi (sister province) diharapkan bisa membawa manfaat untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga di Jabar dan Bakhortostan.

Negara yang terletak di tepi sungai Volga dan pegunungan Ural tersebut juga dikenal sebagai penghasil komoditi pertanian, terutama gandum.

Mereka sangat berhasil dalam swasembada pangannya. (Red) (Bersambung)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.