Jumat, 26 April 24

Ahok dan Kasus Banjir Jakarta

Ahok dan Kasus Banjir Jakarta
* Banjir di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, di depan SMAN 8 Jakarta, Kamis (16/2/2017). (Foto: Popi Rahim/Obsessionnews.com)

Oleh: Muchtar Effendi Harahap, Pengamat Politik Network for South East Asian Studies (NSEAS), dan alumnus Program Pasca Sarjana Ilmu Politik UGM Yogyakarta 1986

 

Pengantar

Tribunnews.com, 7/3/2017 membeberkan penilaian mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli tentang Ahok, terdakwa dugaan penistaan agama dan juga cagub DKI dalam Pilkada 2017. Rizal mengaku terganggu dengan tingkah laku Ahok.

Rizal kesal karena Ahok selalu mengklaim sebagai sosok bersih, padahal kenyataannya sebaliknya. “Slogan bersih tapi tidak bersih karena menggusur. Karena selalu pakai slogan transparan tetapi banyak tipu-tipu,” kata Rizal.

Ekonom senior ini juga kesal karena Ahok selalu berkampanye bekerja secara profesional dan berpihak kepada rakyat. Tetapi, kata Rizal, praktiknya Ahok malah menindas rakyat.

Penilaian mantan aktivis mahasiswa 1977/1978 ini sesungguhnya dapat dibuktikan secara faktual cukup menggunakan studi kasus banjir di Jakarta.

Tulisan ini dimaksudkan juga untuk membuktikan data, fakta dan angka atas penilaian Rizal terlihat tentang Ahok.

Kilah Ahok tentang Banjir
Kita bisa temukan kilah-kilah dan “kesombongan” prestasi Ahok tentang pemecahan masalah tahunan banjir di Ibukota. Beberapa kilah dimaksud sebagai berikut:

  1. Saya harap beberapa hari ini hujan lebat lagi nih. Kalau perlu hujan lebatlah satu jam, dua jam, kita tes lagi.
  2. Semalam, hujan besar enggak semalam? Ada genangan enggak di Jakarta? Hampir enggak ada genangan. Karena hampir semua saluran sudah kita bobok-bobok. Kamu lihat saja, kita sudah empat sampai lima kali hujan. Semalam adalah kelima kali hujan besar (Merdeka, 19/12/16).
  3. Soal banjir, 2016 tidak mengkhawatirkan bagi saya. Justru yang paling bahaya adalah pada 2017. Kenapa? Karena kemarau panjang ini, La Nina ini, lanjutan hujan paling besarnya itu justru pada 2017…
  4. Ah enggak usah ngomonglah. Capek jadi politik. Kamu mengerti matematika enggak sih? Dari 2.200 titik banjir di tahun 2012 menjadi 400-an titik di tahun 2016 dan sekarang tinggal 80 titik. Kalau itu normalisasi enggak bener, apakah bisa turun tinggal 80 titik?

Kilah-kilah di atas sudah terbantahkan dengan fakta banjir besar jalan terus tahun 2015, 2016 dan awal 2017. Hujan turun hanya beberapa jam, sudah ribuan kepala keluarga terkena dampak dan jadi korban banjir. Bahkan, terdapat titik lokasi baru, sebelumnya tidak pernah kena banjir seperti di Kemang.

Ahok mengkritik dari 2.200 titik banjir di tahun 2012 menjadi 400-an titik di tahun 2016 dan sekarang tinggal 80 titik. Data ini jelas tipu-tipu. Gubernur Jokowi sendiri mengakui di Perda No.2 Tahun 2012 tentang RPJMD DKI Jakarta, titik lokasi banjir tahun 2012 tinggal 62 titik lokasi rawan banjir. Tidak ada data menunjukkan era Gubernur Fauzi Bowo 400-an titik lokasi banjir. Hal ini membuktikan faktual penilaian Rizal Ramli tentang Ahok sebagai tipu-tipu!

Sangat memalukan ! Mau tipu-tipu tapi terlalu kasar.

Fakta Banjir Terus

Data dan fakta mematahkan kesombongan Ahok. Hujan lebat turun dari subuh hingga sekitar pukul 10 pagi pada Februari 2017 membuat sejumlah wilayah Jakarta terendam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada pukul 8 pagi sudah ada 401 laporan mengenai banjir Jakarta.

Total ada 54 titik lokasi banjir, masih jauh di atas target capaian tahun 2016. Daerah terendam banjir umumnya di daerah pinggir Sungai Ciliwung, seperti Bukit Duri dan Kampung Pulo, Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur, perumahan elite seperti Cipinang Indah turut kebagian banjir. Di Jakarta Utara air merendam dari Ancol sampai Tugu.

Bahkan wilayah elite seperti Kelapa Gading ikut terendam, padahal tak terkait dgn revitalisasi sungai, Rob, kerusakan pompa air dan sabotase. Sebanyak 35 pompa pun dikerahkan untuk membuang air ke sungai Sunter. Semua pompa berfungsi, tapi tetap banjir.

Ketinggian air bervariasi mulai dari setinggi lutut hingga seleher orang dewasa. Di Cipinang Melayu dan Karet misalnya, ketinggian air mencapai 1,5 meter. Akibat banjir ini, ribuan rumah terendam dan satu orang tewas di Kemang. Klaim-klaim Ahok menjadi tak terbukti dan bisa dinilai hanya fiksi semata.

Tak Mampu Capai Target

Mengacu Perda No.2 Tahun 2012 ttg RPJMD DKI Jakarta, target capaian lokasi rawan banjir sebanyak 55 lokasi (tahun 2013); 50 lokasi (2014); 48 lokasi (2015); 45 lokasi (2016); dan, 42 lokasi (2017).

Di lain pihak, target capaian titik genangan jalan arteri/kolektor sebagai berikut: 13 titik (tahun 2013); tidak ada lagi titik genangan untuk 2014, 2015, 2016 dan 2017. Kondisi kinerja 2012 era Fauzi Bowo tinggal 13 titik genangan lagi. Data 2012 ini resmi dan harus dipahami Ahok agar tak lagi kasih data ke publik data tipu-tipu.

Fakta Pemprov DKI baik di bawah Jokowi maupun Ahok tak mampu dan gagal meraih target capaian tiap tahun. Hal itu, tentu mendukung penilaian Rizal, vagwa Ahok tidak profesional.

Masih ada data dan fakta Pemprov DKI gagal nenyelesaikan sejumlah proyek pembangunan untuk pemecahan masalah banjir yang ditetapkan DPRD melalui APBD. Ada proyek konstruksi banjir mangkrak dan bermasalah di bawah kepemimpinan Ahok yang menyebabkan banjir terus terjadi di DKI.

Klaim-klaim Ahok selama ini sangat mungkin hanya untuk menutupi kinerja buruk dalam pekerjaan konstruksi terkait banjir, seperti pembangunan sejumlah situs.

Kesimpulan

Penilaian Rizal Ramli tentang Ahok sangat terbukti hanya menggunakan kasus banjir.

Ahok selalu pakai slogan transparan tetapi banyak tipu-tipu. Penilaian Rizal terbukti dari tipu data titik banjir era Fauzi diklaim 400-an titik. Padahal hanya 62 titik (2012).

Ahok selalu berkampanye bekerja secara profesional dan berpihak kepada rakyat.Tetapi, kata Rizal, praktiknya Ahok malah menindas rakyat. Hal ini terbukti Ahok tak mampu dan gagal mengerjakan proyek-proyek banjir, dan juga meraih target capaian titik lokasi banjir tiap tahun. Tidak profesional!!!

Masih ada kasus-kasus lain, seperti pengadaan armada busway dan peremajaan kendaraan umum yang terang benderang membuktikan Ahok tidak profesional, dan tidak berpihak kepada rakyat DKI.

Sungguh untuk kemajuan DKI ke depan dan masalah tahunan banjir terpecahkan, dibutuhkan gubernur baru. Gubernur saat ini, Ahok, terbukti tak mampu dan gagal bekerja untuk memecahkan masalah banjir tahunan di Jakarta.(*)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.